15- Mantan Sableng

14.4K 1.9K 941
                                    

Regil terus melirik Aneska yang duduk di sebelahnya, biasanya dalam mobil tak pernah hening seperti ini. Tapi Regil tidak tahu kenapa suasananya benar-benar sangat canggung, bahkan Aneska asik menatap keluar jendela.

Memarkirkan mobil di sisi jalan dekat dengan gang dimana kontrakan Aneska berada, Regil buru-buru melepas seat belt nya dan segera keluar dari mobil. Memutari mobil, Regil membukakan pintu mobil untuk Aneska dan membantu Aneska menuruni mobil.

Mengunci pintu mobil, Regil segera membantu Aneska berjalan dengan melingkarkan tangan kanannya di pinggang perempuan itu dan tangan kiri menarik tangan Aneska untuk di genggamannya.

Berjalan beriringan menuju kontrakan, Aneska segera mendorong Regil saat melihat kumpulan orang-orang yang mengontrak di sana menatapnya.

Aneska gugup saat hampir sebagian semuanya ibu-ibu tengah mentap kearahnya, sial. Aneska takut, serius.

"Nes?"

"Ayo Regil."

Aneska mempercepat langkahnya, meninggalkan Regil yang berjalan khawatir di belakangnya. Wey, Aneska sedang hamil kan? Kenapa lari seperti itu?

"Nes jangan lari, nanti bayi-"

"REGIL AYO!"

Dan keduanya segera memasuki kontrak, Aneska buru-buru menutup pintu dan menguncinya. Jantungnya berdegup cepat, sialan mulut Regil. Bagaimana kalau mereka mendengar ucapan Regil dan

"Kamu kok lari? Orang hamil kan gak boleh lari."

"Kamu sih, ngapain bahas bayi didepan mereka!"

Regil memicingkan matanya, memilih bingung. Mereka? Ibu-ibu yang sedang berkumpul itu? Memangnya kenapa?

Memilih duduk, Regil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dan mengusak rambutnya.

"Gak ngerti."

"Kamu gak ngerti karna yang bakalan nanggung aib itu aku, Regil!"

Menghela napas, Regil berdiri berjalan mendekati Aneska yang sedang menahan tangisnya dan membawa Aneska duduk di kursi yang ada di sana. Kemudian Regil duduk di samping Aneska dengan tangan yang masih menggenggam tangan Aneska untuk menenangkan perempuan itu.

"Nes, jangan nangis lah."

"Aku takut Regil, hiks. Takut, takut mereka ngehakimi aku."

"Ibu-ibu nya repot ya, padahal bukan uruan dia."

Ingin sekali Aneska mencakar wajah lelaki itu, kenapa sih Regil itu tidak mengerti perasaannya?

"Udah, jangan di pikirin oke. Sekarang tenang dan ceritain apa yang dokter bilang sama kamu Tadi."

Aneska menarik napas, mencoba menghentikan tangisnya.

"Dokter bilang, hamilnya udah hampir dua minggu."

Regil membulatkan matanya, membentuk mulutnya seperti huruf o dan..

"Tokcer ya?"

Aneska menggeplak paha Regil keras, membuat Regil memekik sambil mengusap pahanya yang terasa perih. Aneska dendam atau apa?

"Katanya aku gak boleh terlalu cape, dan harus minum vitamin dan susu hamil."

Regil mengangguk, "Jadi, mau susu indomilk atau ultra?"

"Susu hamil Regiiiiil!" Kesal Aneska.

"Hehe canda lah, tau kok merek Prenagen kan? Airys dulu minum itu, rasa stroberi."

Aneska mengangguk, "Rencanannya nanti aku-"

"Aku yang beli, resep vitamin nya mana?"

Aneska segera merogoh tas kecil yang ia bawa, kemudian mengeluarkan selembar kertas putih dan selembar foto hasil USG kandungannya.

REGILa love [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang