Regil mendatangi apartemen Fina, tapi saat ia sampai di sana dan memencet bel sampai mengetuk pintunya berkali-kali ia tak mendapatkan jawaban.
"Beb, ini AA nih. Masa gak di buka." Ucap Regil sambil menyandarkan tubuhnya di tembok samping pintu dengan tangan yang terus mengetuk pintu.
"Bebep."
Hingga Regil mendengar suara langkah kaki dengan tawa yang terdengar ruangan di ujung lorong, Regil menatap kearah sana dan terkejut dengan mata membuat kearah dua manusia yang tengah berjakan kearahnya.
"Makasih ya."
"Iya, yaudah sana masuk. Besok kerja, selamat malam." Dan mata Regil seakan ingin melompat keluar saat melihat tangan kurang ajar lelaki itu mengusap puncuk kepala kekasihnya.
Fina tersenyum sambil melambaikan tangannya, belum menyadari kehadiran seseorang yang tengah menatapnya dengan rahang mengeras.
Fina berbalik dan terkejut saat Regil berada tepat di hadapannya.
"R-regil?"
"Dari mana beb? Kok malem datangnya."
Mata Fina bergulir ke segala arah, mencari objek tatapan lain selain lelaki di hadapannya.
"Aku- aku..."
"Ayo masuk, ada yang mau aku omongin."
Fina mengangguk lalu segera membuka kunci pintu dan berjalan masuk di ikuti Regil, Fina berjalan menuju kamarnya membiarkan Regil duduk sendiri di sofa ruangan tamu.
Regil hanya duduk bersantai, menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa dengan sebelah kaki di naikan ke kaki lainnya.
Hingga Fina kembali dengan pakaian yang sudah sedikit santai, duduk di sebrang Regil dan menatap lelaki itu gugup.
"To the point aja, Bunda bener-bener nunggu kamu datang ke hadapannya. Aku di kasih waktu sebulan, kalau sebulan aku gak pulang bawa menantu nama aku bakalan di coret dari kartu keluarga. Bunda bercanda sebenernya, tapi aku gak mau ngecewain dia."
Fina benar-benar merasa ketakutan, Regil di hadapannya bukan Regil yang biasa. Yang selalu membuat lelucon aneh dan dengan senyuman tak pernah hilangnya, tapi sekarang. Dia tak terlihat beda dengan kakaknya, dingin dengan tatapan mata tajamnya.
"Dan kali ini, alasan apa yang bakalan kamu buat?"
"Gil, aku gak pernah beralasan. Tapi-"
"Tapi menghindari bengan berbagai macam cara, betul? Sama aja beb, itu namanya alesan."
Regil membuang tatapannya, menatap ke arah lain asal tidak pada wajah cantik di depannya.
"Gil, aku belum siap. Kamu tahu aku masih mau ngejar karir aku sebelum aku jadi ibu rumah tangga."
"Aku gak karang, kamu masih bisa jadi sekertaris sampai waktu yang kamu mau. Bahkan kamu bisa jadi pemimpin salah satu perusahaan yang bakalan aku milikin, tapi seenggaknya temui Bunda aku."
"Aku belum siap."
Regil berdecak, selalu begini. Entah lewat telepon atau secara langsung, bedanya kalau secara langsung Regil selalu harus bisa mengendalikan dirinya dari emosi diri. Dan itu benar-benar menyiksa.
Siapapun yang bilang lelaki seperti Regil tak bisa marah, maka salah besar! Regil bisa marah, emosi, menangis. Regil manusia kalau kalian lupa.
"Sekali setelah itu kita jalanin kayak biasa."
"Gil, tolong ngertiin-"
"Kurang ngerti apa lagi sih, Finaaa. Kurang ngerti apa? Aku nunggu bertahun-tahun, aku nunggu dan alesan kamu Banyak!" Regil menatap Fina penuh kekecewaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGILa love [SUDAH TERBIT]
Romantizm⚠️ Sudah Terbit!!! 📱Pemesanan lewat shopee dan Instagram penerbit Gentebook ~Part masih lengkap, Extra Part hanya di novel~ Kisah asmara Regil Denova Dirgama yang tertunda, mengisahkan bagaimana perjuangan Regil menemukan sosok yang cocok untuknya...