27- Hilang

9.1K 1.5K 332
                                    

Kini Regil dan Aneska tengah berada di sebuah toko perhiasan, di mana Bunda nya sudah memesan beberapa model untuk cincin pernikahan mereka.

Dan lagi-lagi terjadi perdebatan antara mereka, di mana Regil ingin yang mewah dan Aneska ingin yang simple.

"Nggak ah, bagus yang ini."

Regil menunjuk cincin di mana cincin perempuan berbentuk mahkota, terlihat mewah dengan bahan mas putih juga bertaburan berlian. Tapi, Aneska tak suka!

"Gil, Ayo lah!"

Melipat kedua tangannya di depan dada, membuang tatapannya ke arah lain. Regil merajuk!

"Tadi gaun udah sesuai kemauan kamu loh, masa sekarang aku gak boleh milih kesukaan aku." jelas Aneska dengan mencoba bersabar, bicara dengan Regil itu tidak boleh pakai otot. yang ada cape sendiri.

Regil malah pergi kearah sofa tunggu, duduk di sana dengan wajah kesal. Aneska tahu jika keinginan Regil itu mutlak, tapikan yang akan memakai cincinnya nanti ia. Kalau tidak nyaman bagaimana?

Tersenyum canggung pada si karyawan toko yang setia menunggu mereka, "Maaf ya." ucap Aneska tak enak hati.

Si karyawan tersenyum maklum, "Nggak papa nona. sudah biasa kalau berbeda pendapat, nona bisa merundingkan kembali dengan calonnya."

Mengangguk, kemudian Aneska segera berjalan mendekati Regil. Duduk di samping lelaki yang kini sibuk dengan ponselnya, padahal jelas-jelas Aneska lihat Regil hanya menscroll menu saja. ckck benar-benar kekanakan.

"Gil," Aneska mencolek lengan Regil yang tak di respon lelaki itu.

"Gil, ih. Ini gimana cincinnya?"

Masih tak ada jawaban, membuat Aneska segera memeluk lengan lelaki itu. Merasa lengannya di peluk, Regil mengintip Aneska dari ekor matanya.

"Gini, kita kan mau punya bayi. Aku harus mandiin dia, gantiin dia baju. Kalau aku pake cincin yang itu, ujung nya runcing. Nanti kalau kena Bayi gimana? nanti berdarah dong, mau bayi nya berdarah? lagian kan cincin nikah gak boleh di lepas."

Tertarik dengan ucapan Aneska, Regil menyudahi acara menscroll menu ponselnya. Ya kali ia sibuk, sibuk apa memang. paling yang mengirim pesan cuma operator doang, plus pemberitahuan kalau kuotanya habis.

"Emang iya?"

"Iya, makannya yang biasa aja ya. Biar nyaman di pakai juga, yayaya."

Regil menatap langit-langit ruangan, seolah tengah berpikir dan menimbang. Tapi sudah cukup lama Regil berpikir, lelaki itu tak kunjung menjawab pertanyaan Aneska membuat Aneska kesal di buatnya.

Meraup wajah Regil dengan tangannya, "Lama ah. Dah gak usah pake cincin, pake baut aja udah. Kalo gak cincin mainan! lama."

Aneska beranjak, tapi tangannya segera di tahan oleh Regil membuat Aneska menatap kesal lelaki itu. Yang di tatap hanya menampilkan wajah bodohnya.

"Ehehehe, iya iya hayuk pilih sesuka hati kamu. aku turutin dah, asal jangan mainan. Malu dong, apa kata dunia anak sultan cincin nikahnya hadiah dari ciki lima ratusan."

Dan kemudian, Aneska menjatuhkan pilihan pada satu cincin simple yang menurutnya cantik dan tak berlebihan.

*****

Seseorang tengah berada dalam mobil, mencengkram stir mobil kuat saat matanya menatap objek yang sedari tadi ia awasi tengah keluar dari sebuah toko perhiasan dengan bergandengan.

Rasa marah menguasai dirinya, memukul setir mobilnya kuat-kuat.

"Argh, sialan! Kenapa jadi begini sih!"

REGILa love [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang