47- Katanya Cinta tak Pernah Salah

7.5K 1.2K 183
                                    

⚠️ Typo

Hari-hari berlalu, Aneska kini sudah tiga hari berada di kediamannya bersama Regil. Ya masih di katakan seperti itu, mungkin saat ini enggak tahu kalau nanti.

Perjalanan kasus Fina pun masih di lakukan dan Regil masih menunggu kapan sidang menjatuhkan hukuman Fina berlangsung.

Tapi ada yang beda di tempat kediaman milik Regil dan Aneska itu, ada yang tahu?

Yup! Keduanya tidur secara terpisah, tak saling bicara layaknya orang asing dan yang paling aneh adalah... Regil yang sering memutar lagu galau sekeras mungkin yang kadang membuat Aneska geram karena terganggu.

Lagu-lagu yang Regil putar cenderung dengan lirik tentang beratnya perpisahan atau tentang cinta yang gagal dan kisah cinta tragis lainnya, tak jarang juga ada beberapa lirik lagu yang menurut Aneska menyindirnya.

Seperti lagu yang sekarang Regil putar misalnya, Cinta Salah yang di nyanyikan aktris Caitlin Halderman. Lagu galau itu bergema di setiap sudut rumah, apa gendang telinga Regil tak pecah?

Aneska yang sedang memasak untuk makan malam pun yang semula mencoba bersantai, lama kelamaan merasa kesal. Apa lagi itu lagu sudah di ulang-ulang belasan kali! Menyimpan pisau di atas nampan secara kasar, Aneska kemudian melepas apron yang ia pakai dan berjalan menaiki tangga di mana kamar Regil berada.

Berdiri di depan pintu, Aneska kemudian mengetuk pintu itu. Sekali, dua kali, sampai tiga kali tak ada jawaban. Aneska semakin mengencangkan gedorannya dan sama sekali tak di gubris oleh Regil.

"REGIIIL matiin musiknya!"

Dug... dug... dug...

"REGIIIL DENGER GAK!"

Aneska menghela napas kasar, dan lagu yang sudah selesai itu kembali terputar membuat Aneska geram. Memukul keras pintu hingga tangannya memerah, Aneska kemudian berjalan menuruni tangga dan mendudukan dirinya secara kasar di sofa ruang santai.

Menutup wajahnya dengan kedua tangannya, kepala Aneska rasanya ingin pecah. Aneska pikir semuanya akan baik-baik saja, tapi lihat tingkah kekanakan Regil!

Aneska tidak mendiami lelaki itu, Aneska hanya bingung mau memulai setiap pembicaraan. Semenjak pernyataan Regil tentang perceraian mereka, Aneska benar-benar di landa kecanggungan. Dan Regil juga tak pernah mau bicara dengannya, jadi Aneska harus apa?

"Hiks," Menangis. Rasanya Aneska ingin pulang saja bertemu ibunya, Aneska lelah.

*****

Menggeliat, dengan perlahan mata itu terbuka. Mengerjab beberapa kali, kemudian Aneska terlonjak saat melihat sekelilingnya gelap.

"Yaampun, ketiduran!" Menepuk jidatnya, Aneska segera meyalakan lampu-lampu dan menatap jam.

Sudah lewat jam makan malam, dan masakkannya belum ada satupun yang jadi. Menghela napas, kemudian ia ingat jika Regil belum makan dari tadi pagi. Melirik sekeliling, musiknya mati. Apa Regil sudah bosan dengan lagu itu?

Memilih kembali ke kamar Regil, setidaknya ia bisa memesankan makanan untuk Regil makan. Lelaki itu perlu makan, kalau tidak makan bisa saja sakit dan itu akan semakin merepotkan.

Menatap pintu yang sepertinya seharian tak terbuka itu, tangan Aneska terangkat dan menetuk pintu itu. Sekali, dua kali tak ada jawaban. Aneska mulai lelah.

"Regil, aku gak masak. Kamu belum makan, mau aku pesenin?"

Hening, tempat tinggal luas itu seperti pemakaman. Ucapan Aneska sama sekali tak mendapatkan jawaban.

"Gil-"

Merasa emosi sampai di ubun-ubun, dan ia pun belum makan sejak siang tadi. Aneska memukul sekeras mungkin pintu kamar di hadapannya.

REGILa love [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang