12- Bunda oh Bunda

13.6K 1.6K 570
                                    

Sudah dua Minggu sejak kejadian itu, Regil tak keluar dari apartemen Mahendra. Seminggu yang lalu Roy bahkan sudah kembali dari Dieng dan habis-habisan memarahi Regil yang membuat Regil ingin gila rasanya.

Rasa takut dan penyesalan selalu menghantui Regil, bahkan tidur pun Regil tak tenang. Sering kali terbangun tengah malam dan berakhir dengan meminta Roy atau Mahendra menemaninya, meski ogah. Tapi kedua lelaki itu merasa amat kasihan pada si tengil itu, hei! Roy dan Mahendra merasa aneh dengan sikap Regil akhir-akhir ini. Regil menjadi pendiam, meski sikap menyebalkannya tetap saja ada.

"Nongkrong kuy, gak bosen Lo ngurung diri terus."

Regil melirik sekilas Mahendra yang baru saja mendudukkan dirinya di sofa, yang kemudian kembali fokus lagi pada layar televisi didepannya.

"Gil."

"Berisik ah, sana keluar aja sama si Roy. Tapi pulang bawa makanan."

Mahendra mendengus, selalu begitu!

"Lo kenapa sih? Mau coba ngindarin masalah? Gak akan bisa, Gil. Lo gak mau tau kabar cewe yang Lo tidurin itu? Jangan jadi bencong Lo." Kesal sudah Mahendra.

Mahendra bukan mau menggurui, bukan pula mau so pahan dengan keadaan. Tapi hei! Regil tidak akan pernah bisa tenang dan bisa terus menghindar dari masalah, lagi pula dia harus tanggung jawab kalau terjadi apa-apa pada si perempuan itu kan? Dan habis lah sudah kalau sampai keluarga Dirgama tahu!

Regil mematikan televisi, melempar kasar remote ke atas meja.

"Lo gak ngerti!"

"Karna gue gak ada di posisi Lo, tapi kalau sampe gue di posisi cewe itu. Gue bunuh Lo sekarang juga Regil! Jangan jadi pengecut, mau Lo mati di tangan Abang Lo? Dua hari lalu dia nelpon gue nanyain kabar Lo, tapi gue bohong demi Lo." Mahendra berdiri dari duduknya, menatap nyalang Regil yang menunduk.

"Dari mulai detik ini gue gak akan pernah bohong sama Regal tentang Lo, jangan salahin gue kalo gue-"

"CUKUP MAHEN CUKUP!" Regil mendongak menatap Mehendra.

"Iya gue salah, gue salah huaaaa.. jangan bilang." Regil menangis, ia takut. Benar-benar takut, kenapa Mahendra tidak mengerti sih?

Bagaimana kalau Abangnya murka? Ayah dan bundanya tak sayang lagi padanya? Regil hanya sedang menyiapkan diri. Di kira Regil diam tandanya ia menghindar apa? Regil hanya sedang berpikir dengan berbagai kemungkinan yang akan terjadi jika terjadi sesuatu setelah malam itu, dan Regil sedang mempersiapkan diri! Regil tak menghindari suer!

"Yaudah, sana Lo temuin cewe itu! Jangan meneng wae! Sebel aing kan jadinya!"

Segukan, Regil segukkan. Menghapus air matanya dengan kaos, Regil menatap Mahendra.

"Anter hiks yuk."

Mahendra memijat pangkal hidungnya, bunda Mila ngidam apa sih sampai punya anak macam Regil?

Serius, ini masalah bukan masalah sepele. Masalah menyangkut masa depan anak perempuan orang, dan apa anter? Di kira mau ambil rapot.

"Sana lah sendiri!"

"Hueee, gue takut. Anterin!"

"Mau ke mana emang hah?"

Regil diam, menarik ingusnya dalam-dalam. Menatap kosong ke arah depan dengan air mata yang masih membasahi pipinya.

"Cafe yuk."

"Ya Allah, lo di suruh samperin cewe itu malah-"

"Aneska kerja di cafe Mahen! Kenapa sih marah-marah Mulu sama Ade?"

REGILa love [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang