.
.Tidak lama Yoongi sampai di cafe ARMY. Ia masuk ke dalam dan matanya mencari-cari Jimin. Ketemu. Jimin duduk di samping jendela besar di pinggir ruangan, sendirian.
"Jimin," panggil Yoongi. Jimin menoleh, lalu tersenyum, ia mempersilahkan Yoongi duduk.
"Kau telat lima menit," ucap Jimin sambil menuangkan wine ke gelas Yoongi.
"Langsung ke inti saja, kau ada urusan apa denganku?" Tanya Yoongi tanpa basa-basi.
"Ohoh, kau lupa? Aku kan tau kalau kau yang membunuh Taehyung?" Bisik Jimin, lalu ia terkekeh.
"..."
"Kau lupa lagi, aku ini sebentar lagi jadi partnermu," ucap Jimin enteng, lalu meneguk wine di gelasnya.
"Tidak akan," jawab Yoongi ketus.
"Yoongi, aku sudah datang kesini dan memesan tempat untuk kita. Lalu menunggumu beberapa menit, dan kau telat. Menurutmu aku memanggilmu kesini untuk apa? Mengemis agar aku tidak dibunuh?," Jelas Jimin panjang lebar.
"Aku tidak takut padamu," ucap Jimin lagi. Yoongi yang sedari tadi pandangannya ke gelas berisi wine, mendongak melihat wajah Jimin. Tidak ada ketakutan di wajah Jimin, hanya ada rasa ingin tau dan memaksa.
Yoongi menghela napas.
"Jadi kalau kau tidak jadi partnerku, aku akan dilaporkan?" Tanya Yoongi, serius.
"Tidak," ucap Jimin, pandangannya ke luar jendela, entah memikirkan apa.
"Apa maumu?" Nada bicara Yoongi mulai tinggi, ia benci mengobrol seperti ini.
"Menjadi partnermu,"
Aku mau pulang saja, apa artinya pertemuan ini? Sama sekali tidak penting -batin Yoongi
Sekali lagi Yoongi menghela napas, bersiap meninggalkan Jimin sendirian lagi. Yoongi bangun dari tempatnya dan berjalan ke luar cafe.
"Aku tidak punya siapa-siapa." Ucap Jimin tiba-tiba saat Yoongi sudah beranjak dua langkah. Yoongi menoleh ke belakang, walaupun suara Jimin lembut dan kecil, ia masih bisa mendengarnya.
Jimin yang semula menatap jendela, mengalihkan pandangan ke gelas wine di depannya, lalu mengangkat kepalanya, menatap Yoongi.
"Hey, kemarilah, aku mau menjelaskan alasanku kenapa mau jadi partnermu," ucap Jimin.
Apa lagi yang mau dijelaskan hah? Aku capek dengar penjelasan yang tidak ada artinya ini, -batin Yoongi.
Akhirnya Yoongi kembali duduk di hadapan Jimin.
"Aku tidak punya siapa-siapa dan hidup sendiri sejak umur 16 tahun. Hidupku benar-benar hancur dan tidak tau harus berpegang dengan apa. Sekarang yang kau tanyakan, kenapa aku mau menjadi partnermu(?) Aku suka sesuatu yang berhubungan dengan darah,..." jelas Jimin masih panjang dan lebar.
Oh ayolah, aku bukan psikolog, hentikan ocehanmu dan jangan bertele-tele -Batin Yoongi, kesal.
"Jadi intinya aku tidak melaporkanmu karna tidak ada untungnya juga buatku, aku tidak punya orang yang harus dicintai maupun dilindungi. Kau berbuat apapun juga aku tidak peduli," Jelas Jimin, kali ini sudah selesai bicara. Yoongi mengangkat wajahnya, lalu menatap Jimin.
"Hm, tidak seorangpun yang dilindungi?, Menarik," ucap Yoongi. Jimin yang mendengarnya langsung tersenyum.
"Baiklah, kuangkat kau jadi partner," Yoongi bangun dari kursinya dan bersiap pergi sebelum Jimin melompat dan memeluknya. Ia sampai merinding membayangkannya.
"Jjinja??!" Jimin juga bangun dari kursinya.
"Ne," jawab Yoongi pendek. Ia mempercepat langkahnya ke luar cafe karena merasa diikuti oleh Jimin dari belakang.
Hup!!
"Aiiisshh jinjja, lepass!!" Ronta Yoongi yang dipeluk dari belakang oleh Jimin. Kegiatan mereka ditonton oleh orang-orang yang ada di cafe, ada yang tersenyum, terkekeh, dan menggosipkan dengan temannya.
Memalukan! -batin Yoongi
.
.
.Nah, Jimin udah jadi partner nih, besok-besok apa yang bakalan terjadi ya? Pantengin terus >_<
Enjoy reading!
KAMU SEDANG MEMBACA
This Winter
Misteri / ThrillerMin Yoongi. Tidak ada perasaan yang bisa membuatnya tergoyah untuk tidak menghabisi seseorang. Sudah berapa yang sudah ia habisi? Entahlah, bahkan si pembunuh juga tidak bisa menghitungnya. Min Yoongi, ia tidak akan pernah lepas dari rasa bersalah...