Di taman kota
Yoongi memarkir motornya di pinggir taman, lalu pergi mencari Jimin. Tidak sulit menemukannya, kursi panjang yang dimaksud Jimin dekat dengan tempat parkir motornya.
"Sudah datang eoh?" Sapa Jimin. Lalu menyuruh Yoongi duduk di sebelahnya, dan ia menurut.
"Cepat, aku mau tidur lagi,"
Jimin menarik napas panjang, ingin mengatakan sesuatu yang mungkin mengganggu dirinya.
"Aku.. tidak bisa menjadi partnermu," ucap Jimin. Tatapannya ke depan, ke pohon beringin.
"Yasudah, itu saja?" Ucap Yoongi yang membuat Jimin menjadi jengkel.
"Kau tidak peduli?" Ucap Jimin dengan bibir yang agak cemberut.
"Tentu tidak, aku tidak peduli,"
"...." hening.
"K-kalau begitu... aku akan melaporkanmu," Jimin tergagap. Mata Yoongi langsung melebar, ia menengok ke sebelahnya dan menatap wajah Jimin, meminta penjelasan.
"Ak-aku tidak bisa membiarkanmu membunuh kenalanku yang lain, aku hanya— takut denganmu," Jimin mengeluarkan handphone dari saku mantelnya. Tangannya gemetar saat memencet tombol-tombol di layar hpnya.
Yoongi hanya terus memperhatikan. Jantungnya berdegup kencang saat ia melihat nomor yang Jimin tulis di hpnya. Nomor polisi.
Sebelum Jimin memencet tombol 'dial', ia mengatakan sesuatu.
"Mianhae, Yoongi," kata Jimin. Lalu ia memencet tombolnya. Tidak. Belum sempat tersentuh layar hpnya, lebih dulu Yoongi menepis tangan Jimin sampai hpnya terlempar di atas salju.
Jimin terkejut, lalu menengok ke Yoongi. Ia terkejut dua kali. Sekarang Yoongi menatapnya dengan tatapan mengintimidasi. Sangat menyeramkan sampai Jimin mengalihkan pandangan ke hpnya.
Jimin lalu berusaha mengambil hpnya yang terlempar agak jauh. Tetapi mantelnya ditarik Yoongi dan dipaksa duduk di tempatnya.
Brakk!
Yoongi berdiri dan menghadap ke Jimin, lalu menarik kerah mantel Jimin dengan kedua tangannya.
Sekarang mereka memandangi satu sama lain, menatap wajah satu sama lain. Jimin tidak berani menatap mata Yoongi terlalu lama. Tubuhnya bergetar dan berusaha bicara.
"M-..Mianhae.. Yoongi.. mian!" Lirih Jimin. Yoongi mendengarkan, tapi tatapannya tetap tidak berubah.
"Ini sebabnya aku tidak percaya siapapun," ucap Yoongi pelan, sambil terus menatapi mata Jimin dengan seram. Jimin ketakutan. Tidak ada siapapun disini untuk dimintai tolong. Sepi. Waktu juga sudah menunjukkan tengah malam.
Dua menit Yoongi menggenggam kerah mantel Jimin, lalu melepasnya. Sadar apa yang ia perbuat justru akan membuat partnernya ini lebih cepat melapor ke polisi.
Yoongi berdiri dengan tegap di depan Jimin yang masih duduk di kursi panjang dengan gemetar ketakutan. Yoongi membersihkan sedikit tumpukan salju di mantelnya, lalu kembali tegap.
Sepersekian detik, satu bogem mentah melayang di pipi kanan Jimin. Benar, Yoongi meninjunya.
"A-apa—?" Tanpa membiarkan Jimin bicara, satu lagi bogem mentah mendarat di perut Jimin.
"UGHH!!" Bogemannya keras sekali.
"Berhenti!, Uhuk," Yoongi tidak berhenti disitu. Ia kembali meninju Jimin di pipi kirinya. Jimin terjatuh dari kursi panjang sambil memegangi perutnya.
BUAAKKK!!
Kembali Yoongi melancarkan aksinya. Ia menendang kepala Jimin yang sedang bersujud menahan sakit sampai terlentang ke belakang.
"Jebal, hhh.. berhenti.. hahhh," kilatan mata Yoongi terlihat oleh Jimin. Dan itulah yang ia lihat terakhir sebelum hilang kesadaran. Yoongi menginjak dada Jimin tepat di tulang tajuk pedangnya, dan membuatnya pingsan seketika.
.
.
.Yoongi kembali ke taman kota, lalu mengikat Jimin yang tanpa mantel di pohon beringin. Ya, Yoongi melucuti mantel yang Jimin pakai, dan menyisakan kaos tipis juga celana jeans.
Bodoh, dingin-dingin pakai celana jeans -batin Yoongi.
Setelah mengikatnya, ia berjongkok agar bisa melihat wajah Jimin. Wajahnya penuh darah. Hidung, mulut, bibir, dan mungkin pelipisnya retak. Ia lalu menoyor kepala Jimin dan membiarkannya disitu.
"Ya, Jimin-ah," Yoongi membuka air mineral yang ia beli di minimarket tadi, lalu menumpahkannya ke kepala Jimin. Sontak, Jimin bangun dengan sangat kedinginan.
"Hahh hahhhh, Y-Yoongi, mianhae..!" Begitu bangun kata-kata itu yang keluar dari bibir Jimin.
"Kau mau mati?" Ucap Yoongi, lalu kembali menyiram setengah habis air mineral ke kepala Jimin.
"Ohhh andwaee! jeball, m-mianhae, jangan bunuh aku!" Yoongi menyunggingkan senyum penuh kemenangan, lalu menampar Jimin.
"Partner tidak boleh lapor," sekali lagi Yoongi menampar wajah Jimin, lalu meninggalkannya terikat di pohon beringin.
"Ya! Y-yoongi lepaskan ikatan ini!" Panggil Jimin. Yoongi sudah berjalan agak jauh, tetapi tidak berniat untuk kembali pada Jimin
"Partner seharusnya pintar!" Teriak Yoongi dari jauh. Jimin kesusahan membuka ikatannya karena sangat kedinginan. Ia terus berontak, tapi ikatannya tidak melonggar. Beberapa menit sudah ia lalui untuk membuka ikatannya dengan berontak sekuat tenaga. Sekarang, tenaganya habis, ia juga kedinginan. Yoongi sudah pulang pula.
"Apa aku akan mati?" Lirih Jimin, lalu terlintas di kepalanya
PARTNER SEHARUSNYA PINTAR!
Ia menenangkan tubuhnya yang sedari tadi tegang karena kedinginan dan ketakutan untuk mati. Tanpa disangka ikatannya melonggar. Ternyata sedari tadi ikatannya tidak kuat, melainkan ia saja yang terlalu terburu-buru.
Tubuhnya diperosotkan ke bawah, lalu ia lolos. Lalu ia memakai mantelnya yang Yoongi letakkan di kursi panjang dan pulang dengan tertatih karena sakit dipukuli Yoongi.
.
.
.Annyeonghaseyo chingudeul!
Udah banyak ya chapternya ._.
Ini cerita masih panjang banget loh ._. kayaknya malah sampe 40an chapter ._.
Jadi pantengin terus ya !
Jan lupa kasih vote :>
Saranghae <3
KAMU SEDANG MEMBACA
This Winter
Misterio / SuspensoMin Yoongi. Tidak ada perasaan yang bisa membuatnya tergoyah untuk tidak menghabisi seseorang. Sudah berapa yang sudah ia habisi? Entahlah, bahkan si pembunuh juga tidak bisa menghitungnya. Min Yoongi, ia tidak akan pernah lepas dari rasa bersalah...