.Mata Jin membelalak, ia lalu meng-klik link itu dan segera membaca artikelnya.
"Ige mwoya?!"
"Mmmh?"
Jin menengok ke kasur sebelah dan menemukan Jimin yang menyipit-nyipitkan matanya kepada Jin.
"Jimin! Lihat ini! Berita yang Taehyung bilang ternyata benar," sergah Jin, ia menodongkan Hpnya ke Jimin yang masih terkantuk-kantuk.
"Yaaaah~ nantiii sajaa" Jawab Jimin malas.
"Ck, yasudah lah. Omong-omong Taehyung lama sekali di kamar mandi, lagi apa sih?" Jin menuju kamar mandi.
"Jin?" Ucap Yoongi yang ternyata sudah bangun dar tidur. Ia masih dibalik selimutnya.
"Hm?" Jin berhenti dan kembali duduk menghadap kasur Yoongi.
"Namamu.. mirip hyungku," gumam Yoongi. Ia sudah memikirkan ini dari pertama kali masuk SMA. Teman satu kelasnya memiliki nama yang sama seperti hyungnya. Ia berpikir bahwa sepertinya kegiatan di sekolah tidak akan berjalan lancar karena memikirkan nama itu. Nama seseorang yang sudah ia khianati dulu.
"Apa maksudmu?" Tanya Jin, bingung.
"Nama hyungku Seokjin," ucap Yoongi.
"Ada banyak yang pakai nama Jin di Korea, kenapa bingung? Bukannya namaku beda jauh sama hyungmu?" Jelas Jin. Yoongi memutar tubuhnya menghadap Jin, lalu menatapnya, kemudian membalikkan badan lagi.
"Ada apa?" Tanya Jin heran.
Memang, nama panjang Jin yang sekamar dengan Yoongi sekarang adalah Han NamJin, bedanya sangat jauh dengan nama hyungnya Yoongi.
"Ah aku lupa mau ke kamar mandi," Jin kembali bangkit dan ke kamar mandi. Ia membuka kenopnya dan..
"Yah!!! Taehyung-ssi!!" Ia berteriak sangat keras di depan pintu kamar mandi. Menemukan Taehyung yang terkapar dengan busa di mulutnya. Sontak, Jimin yang sedang tidur terbangun dengan tubuh yang gemetar. Yoongi juga terbangun dan pura-pura bingung.
"Ada apa?!" Yoongi berlari ke kamar mandi dan melihat Jin sedang duduk dan menangis di samping mayat Taehyung.
"Aku telepon bantuan," Yoongi dengab sigap menelepon polisi dan ambulans. Ia sedikit melirik ke Jimin, dan menemukan Jimin tertidur di kasurnya. Tidak, sepertinya bukan tidur, melainkan pingsan.
10 menit kemudian polisi datang, juga ambulans, dan beberapa dokter forensik. Pagi ini menjadi pagi ter-ramai. seluruh penghuni hotel keluar ruangan untuk melihat apa yang terjadi di kamar bernomor 201 itu. Guru-guru cepat membaca keadaan, lalu menyuruh anak-anak semuanya berkumpul di lapangan hotel.
Yoongi, Jin, dan Jimin dibawa keluar dan ditanya-tanya polisi sembari mayat Taehyung diperiksa. Yoongi dan Jimin tidak terlalu mengerti bahasa inggris, jadi guru bahasa inggris yang kebetulan ikut karya wisata menjelaskan apa yang polisi dan anak-anak itu katakan.
Sedangkan Jin? Ia syok. Jin dibawa ke mobil polisi dan ditenangkan, ditemani dengan dua orang guru.
"Apa ada yang tahu apa yang terjadi sebelumnya?" Tanya polisi dengan aksen Australia yang kental. Guru bahasa inggris lalu mengartikan ke bahasa korea untuk Yoongi dan Jimin.
"Tidak, aku tidak tau," Yoongi menjawab. Lalu semua menoleh ke Jimin.
"Aku juga tidak tau," Jimin meremas piyamanya. Polisi menghela napas, seakan sudah mengetahui jawaban itu yang akan keluar. Kemudian polisi itu memanggil seseorang.
Seorang pria tua bertubuh tinggi besar menghampiri mereka. Ia mengenakan coat warna coklat dan topi hitam. Wajahnya sangat maskulin tetapi tidak terlalu tampan.
"Kau yang tanyakan, selamat bekerja!" Kata polisi yang memanggil pria tua itu. Pria tua itu menganggukkan kepala dan mendekati Yoongi dan Jimin.
"Perkenalkan, nama saya Ford Seanne. Detektif dari kantor pusat." Mereka bertiga speechless. Ternyata Ford ini bisa bahasa korea! Ia menyalami Yoongi, Jimin, dan guru bahasa inggris. Lalu mengajak mereka bicara di tempat yang lebih sepi.
"Kami ada dua orang, salah satunya sedang mengamati di TKP." Kata Ford sambil jalan. Aksen koreanya tidak kental, tetapi masih bisa dipahami.
"Disini saja. Aku mau bertanya kepadamu dulu," Ford menunjuk Jimin, lalu memintanya ikut ke tempat sepi. Sedangkan yang lain tunggu di tempat tadi berhenti.
Selang 10 menit, mereka kembali.
"Selanjutnya kau, Yoongi,"
.

KAMU SEDANG MEMBACA
This Winter
Mystery / ThrillerMin Yoongi. Tidak ada perasaan yang bisa membuatnya tergoyah untuk tidak menghabisi seseorang. Sudah berapa yang sudah ia habisi? Entahlah, bahkan si pembunuh juga tidak bisa menghitungnya. Min Yoongi, ia tidak akan pernah lepas dari rasa bersalah...