26. Moirae.

437 14 9
                                    

26. Kepercayaan.

"Saya tanamkan satu kepercayaan, harus kamu jaga dengan baik. Jika tetap terjaga, akan saya berikan kepercayaan yang lainnya"

****

"Meyla.."

"Sayang bangun..."

"Bunda mau bicara sesuatu sama kamu"

"Bundaa.." Meyla terbangun dari tidurnya, menatap sekelilingnya yang terasa asing.

"Iya sayang ini Bunda, kamu harus kuat sayang. Ayo bangunn..."

Ini terasa sangat nyata bagi Meyla. Wanita paruh baya dihadapannya tersenyum manis, dia mirip sekali dengan Meyla.

Tapi, yang dihadapannya bukan Siska ibu kandungnya.

"Sayang. Ini Bunda, Ibu kandung kamu. Bunda kangen banget sama kamu. Bunda mau ketemu kamu sedari lama. Tapi,baru sekarang Bunda bisa ketemu kamu," Wanita paruh baya yang mengaku sebagai Ibu kandung Meyla itu bersimpuh, menatap Meyla dengan air mata yang tak henti-hentinya keluar.

Meyla bingung, hanya ada dia dan Ibu di dalam tempat serba putih ini.

Dimana teman-teman dan keluarganya?

Adik kembarnya?

Siska ibunya?

Apa Meyla sudah Mati?

Tapi, ini sperti nyata. Bagaimana bisa dia berada ditempat ini.

Tiba-tiba Gadis itu menangis tanpa bisa dia tahan. Mencoba mengingat apakah pernah dia bertemu dengan Wanita paruh baya di hadapannya.

"Bunda.." Tidak. Bukan ingin Meyla berbicara. Tapi, dia seperti dikendalikan oleh orang lain.

Tubuh dan hatinya berhianat, dengan tergesa dia lari dan memeluk si Wanita paruh baya.

"Bundaa..Bundaa.." Tangisan Meyla pecah seketika.

Dia merasa pernah Berada di posisi ini, Merasakan hangat peluka ini. Tapi, dia tidak bisa mengingat kapan dan dimana.

"Sayang, anak Bunda sudah dewasa. Kamu sudah bisa membedakan apa yang salah dan benar,"

Wanita itu mrngeratkan pelukannya pada Meyla, "Bunda harap kamu bisa memaafkan Ayah kamu. Sebesar apa pun kesalahan yang dia perbuat, kamu harus memaafkan dia."

Meyla masih menangis, dia tidak bisa menahan rasa sesak. Semua terasa tabu dan sulit dimengerti baginya.

"Bundaa. Meyla mau ikut Bunda,"

Wanita itu menggeleng, mengangkat wajah putrinya dan menatap lekat kedua mata indah itu.

"Meyla sakitt Bunda, Meyla capek harus kaya gini terus. Bunda bantu Meyla supaya hidup tenang, yaa Bundaa yaa.." Tangisan keduanya makin terdengar nyaring, mendengar suara putus asa Putrinya hati orang tua mana yang tidak tersiksa.

Moiraé [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang