"Ngapain?" tanya Qila yang melihat Atha jongkok didepannya.
"Maaf. Dulu aku terlalu kasar sama kamu. Dulu aku selalu gak percaya sama kamu. Dulu aku selalu mengabaikanmu. Aku nyesel Qil." lirih Atha yang menundukkan kepalanya.
"Gue mau cerita" ucap Qila yang membuang muka dan berjalan menuju alat musik gitar. "Gue pikir gue jatuh cinta sama seseorang yang tepat. Tapi nyatanya?" senyum tipis Qila. "Dengan teganya dia bilang kalau gue gila? Haha. Apa salahnya gue mempunyai kelebihan yang orang orang tidak punya kelebihan ini? Kenapa dia tidak mau menerima kekuranganku?" tawa hambar Qila. Dia sekuat tenaga tidak ingin nangis lagi didepan Atha.
"Qil" lirih Atha.
"Gue ikhlas dia ninggalin gue dengan cara selingkuh. Dan gue tidak ikhlas kalau dia bilang gue gila. Kenapa? GUE GAK GILA!" teriak Qila tepat didepan Atha. "Lu tau hancurnya gue saat orang yang gue sayangi bilang gue gila? Eh, apa sebencinya itu lu sama gue? Salah gue apa Tha apa? Gue selalu sabar sama lu. Gue selalu sayang sama lu. Lu marahin gue,gue cuma diam. Lu gak ada kabar gue diem. Gue gak pernah nuntut lu ini itu. Apa belum puas yang gue lakuin sama lu dulu? Perjuangan gue dimata lu gak pernah lu hargai sedikit pun itu!" sinis Qila menatap tajam Atha.
"Gue sadar. Dan gue nyesel" ucap Atha yang menatap teduh Qila.
"Hah nyesel? Bukannya lu suka lu bisa matahin gue? Bukannya lu suka lu bisa bebas dari gue, kenapa nyesel?" tanya Qila.
"Gue masih cinta sama lu. Dan gue baru sadar adanya itu." jawab Atha dengan menatap Qila.
"Cinta? Dulu gue percaya sampai sampai gue bodoh adanya itu. Lu yang lepasin gue dan lu juga yang mempertahanin gue yang mau pergi. Maksud lu apa?"
"Gue mau lu seperti dulu. Berada disamping gue."
"Hahaha. Gak salah denger gue? Ngaco. Udahlah cerita kita udah usai dari dulu. Jangan membuat cerita baru kalau sad ending." ucap Qila yang keluar meninggalkan Atha begitu saja diruang musik. Atha hanya bisa pasrah saja melihat Qila keluar begitu saja. Apa dulu dia sangat keterlaluan kepada Qila sampai sampai dia gak mau baikan lagi.
***
Alva yang berada diuks untuk membersihkan lukanya si cewe tomboy.
"Pelan pelan ih" pekik Ara.
"Alva pelan pelan anjir" teriak Ara yang kesal dengan Alva yang kasar mengobatinya.
"Sakit?" tanya Alva dengan wajah dinginnya. Ara yang ditatap hanya bisa diam dan menyembunyikan kegugupannya.
"Sial,kenapa gue setiap dekat dia jantung gue gini sii." batin Ara. "Ih iya sakit lah" ucap Ara sesantai mungkin.
"Kalau sakit kenapa berantem?"
"Siapa juga yang berantem"
"Setan."
"Enak aja lu nyamain gue setan"
"Siapa yang bilang?"
"Tau ah ngeselin."
"Udah. Jangan diulangi lagi."
"Hem. Thanks" senyum Ara kepada Alva. Alva hanya diem doang.
"Keluar yuks. Eh ini ko belum bel ya?" tanya Ara bingung.
"Jawab kek. Kenapa diem mulu si kalau ditanya" cibir Ara kepada Alva.
"Gue capek ngomong" jengah Alva yang menatap Ara begitu cerewetnya.
"Ada ya ngomong capek" guman Ara pelan tapi bisa didengar oleh Alva. Alva hanya tersenyum tipis mendengarkan Ara ngomong.
"Udah jangan dipikirin. Kita keluar,ayo" narik tangan Ara untuk keluar dari uks.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi & Kenyataan
FanfictionAku dulu selalu bermimpi tentang adanya dia yang selalu datang mengusik tidurku. Dulu aku selalu berimajinasi dengan keindahan yang selalu datang dengan keajaiban dunia. Dan yaa semua berubah menjadi kenyataan bahwa aku percaya semua yang dulu aku l...