"Vina," panggil Leon.***
Vina menoleh ke arah sumber suara. Lelaki yang dirinya anggap brengsek tengah memanggilnya. Perlahan ia menurunkan ponselnya dari telinganya. Ia juga langsung mematikan sambungan telpon karena tidak mau Gibran mendengar apa yang ia bicarakan dengan Leon nanti. Saat ini ia harus menjaga perasaan pacarnya. UPS! Kekasih bayangannya.Vina memberanikan diri melangkah mendekati Leon. Dengan cepat lelaki itu berdiri menyambut kedatangannya. Kini posisinya mereka sudah saling berhadapan, tetapi perasaan Vina tak karuan. Tak lama ia menoleh ke kanan kirinya. Mencari keberadaan semua orang. Namun rasanya masih sama. Tak ada siapapun kecuali dirinya dan Leon di sana.
Melihat Vina yang menoleh kanan kiri membuat Leon mengikuti pergerakan Vina dan merasa bingung. "Cari apa?" tanya Leon. Sontak Vina langsung menetap menatap Leon.
"Hah?" Refleknya terkejut.
"Kamu cari siapa?" tanya Leon.
"Mama sama semua orang ke mana?" tanya Vina.
Leon tertawa pelan. "Oh Mieta biasa ada arisan. Terus Mieta ajak Mama kamu. Sekalian dikenalin sama temen-temennya Mieta," jawab Leon.
Vina merasa sedikit bahagia. Mungkin saja Leon akan menerima kehadiran mamanya. Vina rasa kehadirannya di rumah ini tidak membuat kesalahan apapun. Terlihat pula Leon yang lebih ramah sikapnya. Dirinya merasa bahwa Leon mulai menerima mamanya secara perlahan.
"Kamu jangan tanya lagi Reon ke mana. Tadi katanya dia mau jalan sama pacarnya..... Siapa namanya?" tanya Leon berpikir.
"Mona."
"Hah-iya! Temen kamu bukan?" tanya Leon.
"Mona lebih dari temen," jawab Vina.
Leon manggut-manggut.
Vina diam dan ponselnya bergetar. Itu adalah pesan dari Gibran. Ia membacanya dan sedikit berniat membalas pesan itu.
Gibran : Kenapa telponnya dimatiin?
Gibran : Kamu gak papa kan Vin?
"Kenapa?" tanya Leon.
Vina menatap Leon ragu. Ia sebenarnya ingin membalas pesan dari Gibran. Namun keberadaan Leon menghalanginya.
"Pesan dari siapa?" tanya Leon.
Vina menggeleng dan menghindari Leon.
"Vina aku tanya kamu, itu pesan dari siapa?" tanya Leon lagi.
"Bukan dari siapa-siapa," jawab Vina.
"Coba aku liat!" Paksa Leon mencoba mengambil ponsel Vina.
Vina berkerja keras agar Leon tidak mengambil ponselnya. Vina mempertahankan apa yang menjadi privasinya. Berapa kali ia menepis dan menghindari Leon, tetapi itu seakan percuma saja. Leon sudah jelas lebih kuat daripada Vina. Dengan satu hentakan ponsel Vina kali ini sudah ada di tangan Leon.
Vina mencoba merebut kembali. Namun Leon lebih tinggi darinya. Leon tentu saja sudah membaca pesan dari Gibran. Dan Vina percaya jika Leon akan menceramahinya beberapa detik lagi.
"Dari Gibran," lirih Leon.
Vina pun merebut ponselnya dengan wajah ditekuk.
"Ribet aja. Gibran kan pacar gue," jawab Vina membalikkan badan dan bersiap kembali ke kamarnya.
"Tunggu dulu," cegah Leon menarik tangan Vina sehingga Vina berhasil berhadapan lagi dengannya.
"Apa?" tanya Vina menepis tangan Leon.
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Hati 2 Raga [Selesai]√
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA!] √ "Kamu selalu berhasil membuat aku terluka. Tapi aku selalu gagal membencimu." ___________________________________________________________________ Kisah cinta yang diperankan oleh gadis dengan takdir buruk bernama--Lavina Hel...