Mencintai seseorang secara sepihak memang menyakitkan, tetapi menjalani hubungan tanpa cinta itu lebih menyakitkan.
-
Selamat hari Minggu.
Hari menyebalkan bagi sebagian jomblo yang selalu insecure dengan keuwuwan para couple goals!
Malam ini temanya sesuai dengan malam yang dinikmati para remaja.
Happy Reading!!
***
"Sayang?" panggil Iren membuat Vina menghentikan langkahnya dan diam di tempat.
"Iya, Ma," jawab Vina.
"Kamu mau ke mana? gak mau ikut mama pulang?" tanya Iren.
Vina tahu maksud Iren apa. Mungkin ia ingin memanasi hatinya dan memintanya untuk kembali pulang tinggal di rumah Leon. Namun, ia harus menutupi segalanya dengan banyak alasan. Iren tidak mencerminkan kepribadian seorang ibu.
"Vina nanti aja, Ma. Hari ini Vina mau tidur di rumah," jawab Vina menolak.
"Yakin ke rumah Gibran? Atau kamu mau cari uang?" sindir Iren membantah penolakan Vina.
Vina membuka setengah matanya dan sedikit menunduk untuk memalingkan wajahnya dari Iren. Ia lupa akan ketakutannya sendiri. Ia sedikit kesal dengan ucapan mamanya karena nadanya yang menyindir. Namun, bagaimana cara menjelaskan kepada mamanya jika ia ingin menjauhkan dirinya untuk sementara dari Leon. Mungkin baik juga bagi dirinya agar lebih cepat membongkar identitas Leon, tapi ia belum siap akan segalanya.
"Vina hari ini nginep di rumah Gibran, Tante," ucap Gibran membela Vina dan memancing tatapan tidak suka dari Leon.
Vina pun mengangkat wajahnya yang memalih tadi dengan senyuman. "Iya, Vina nginep di rumah, Gibran. Sekalian pamitan sama bunda," bohong Vina.
"Gak boleh!" larang Leon membuat mereka menatapnya.
Vina merasa tidak enak karena ucapan Leon berhasil merubah ekspresi Iren. Ia takut jika Leon akan mengatakan perasaannya kepada Vina di depan mamanya. 'Ya, Tuhan jangan sampai,' batin Vina.
"Kenapa?" tanya Iren.
Gibran menatap Leon tanpa berkedip. Bisa-bisanya Leon menebar perhatian dan kekhawatirannya kepada Vina di depan Iren? Ia menghela napas dengan sedikit sulit saat mengetahui lelaki itu akan dengan berani melarang Vina.
"Sekarang aku juga, 'kan papanya Vina. Jadi, aku gak suka kalo Vina nginep di rumah laki-laki," jawab Leon.
"Apalagi Gibran," lanjut Leon pelan.
"Tapi Vina biasa nginep di sana, Mas," bantah Iren tanpa curiga.
"Dia perempuan. Jangan dibiasaain. Sekarang aku papanya juga. Aku berhak melarang Vina," ucap Leon.
"Kata siapa anda memiliki hak?" tanya Vina dengan dingin menatap Leon.
"Vina," lirih Iren.
"Saya tidak pernah memiliki seorang papa. Saya hanya memiliki seorang ayah. Jangankan anda...... Mama saya saja tidak punya hak untuk melarang saya, dan anda...... Anda bukan siapa-siapa saya," lerai Vina menunjuk Leon dengan jari telunjuknya.
Leon menatap jari Vina yang menunjuk tepat di dadanya. Rasanya seperti direndahkan rendah saat itu juga. Ia menarik napas dan mencoba sabar.
Tatapan Vina kini beralih menatap Iren dengan senyumnya. "Mama jangan khawatir. Vina akan pulang ke rumah bang Leon. Tapi gak sekarang," ucap Vina.
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Hati 2 Raga [Selesai]√
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA!] √ "Kamu selalu berhasil membuat aku terluka. Tapi aku selalu gagal membencimu." ___________________________________________________________________ Kisah cinta yang diperankan oleh gadis dengan takdir buruk bernama--Lavina Hel...