Hari ini adalah hari yang sibuk. Setelah beberapa hari berada di rumah sakit dan berjuang hidup mati untuk sang putri, kini Vina berada di rumahnya bersama Iren.
Setelah menidurkan putrinya, Vina berjalan pada sang Mama yang sudah menunggunya di ruang tamu.
"Udah tidur?"
"Udah, Ma," jawab Vina yabg duduk di samping Iren.
Canggung memang rasanya, tapi ia harus mulai beradaptasi lagi dengan mamanya dan kembali saling mengenal seperti awal.
"Gimana persiapan kamu untuk menikah?"
Vina menarik nafas pendek dan menatap Iren. "Semua itu udah diatur sama Bunda. Vina tinggal nunggu hasil aja," jawabnya.
"Soal putri kamu? Mau kamu kasih nama siapa?" tanyanya.
"Vina udah kasih nama Zoya Fahreza, tapi aku masih nunggu kesepakatan dari Gibran dan yang lain," jawabnya.
"Ck! Kalo Mama punya anak. Dulu banget, ya. Ingin rasanya Mama kasih nama Desti kalo perempuan. Semisalnya laki-laki Mama akan kasih nama dia Dewa."
"Kalo cowok namanya Dewa, kenapa yang cewek nggak Dewi aja?!" saran Vina.
"Anak-anak, Mama. Kenapa kamu yang sewot!" decitnya.
"Mama ada niatan mau nikah lagi?" tanya Vina.
Iren terdiam. Ia lupa jika kehamilannya tiada satu orang pun yang tahu. Jika tadi ia salah bicara, bisa jadi rahasianya akan terbongkar.
Iren tak ingin Vina tahu jika ia sedang mengandung anak dari Leon. Ia tak mau pernikahan ini gagal sebelum ia melihat kehancuran Vina, anaknya sendiri.
Entah setan mana yang merasuki Iren sehingga ia ingin melihat anaknya sendiri hancur.
"Ma," panggil Vina.
"Hah?" sahut Iren tersambung kembali pada kehidupan nyata yang realitanya tak sesuai ekspetasi.
"Mama kok diem? Malu mau bilang punya gebetan baru? Cie, cie!" ejek Vina.
"Mama juga berhak bahagia. Mama punya jalan sendiri untuk menggapai semua itu."
"Termasuk jalan yang salah?"
"Maybe."
Vina mengingat saat mamanya dimarahi habis-habisan oleh Mieta karena masa lalu yang merenggut nyawa adiknya. Jelas teringat saat semua itu terungkap dan ia mendengar segalanya. Entah dari pihak mana yang harus ia anggap benar. Semua itu terungkap tanpa bukti sedikitpun.
"Siang ini aku mau ketemu temen-temen di cafe Harmoni. Aku titip Zoya sama Mama, ya," ujarnya.
Iren mengangguk. "Iya. Kamu dijemput Gibran?"
Vina menggeleng. "No. Siska sama Mona yang jemput aku."
"Oke."
-1 Hati 2 Raga-
Gibran sudah bersiap untuk menemui teman-temannya sebelum hari pernikahan.
Ini memang sedikit canggung untuknya. Apalagi hidup bersama membina sebuah rumah tangga dan harus mendidik dua orang gadis.
Vina harusnya merasa beruntung dipertemukan dengan lelaki sebaik Gibran. Tidak hanya berjiwa baik, tetapi lelaki yang bertanggung jawab.
Gibran berjalan masuk ke kafe mencari keberadaan teman-temannya. Di sana ia hanya menemukan Rian, Reon, Gilang dan juga Zio. Sepertinya Rifky, Viki dan yang lain tak ikut bersama.
"Ada Raini?" Tanya Gibran yang baru saja datang lalu duduk dan sedikit melirik ke arah Raini.
Raini sedikit tersenyum. "Iya, Kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
1 Hati 2 Raga [Selesai]√
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA!] √ "Kamu selalu berhasil membuat aku terluka. Tapi aku selalu gagal membencimu." ___________________________________________________________________ Kisah cinta yang diperankan oleh gadis dengan takdir buruk bernama--Lavina Hel...