8•| Happy Birthday

434 22 0
                                    

Tidak semua yang pertama adalah prioritas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak semua yang pertama adalah prioritas. Inget! Sematan whatsapp lebih dari satu. Walau kamu yang paling atas. Siapa tahu orang lain yang jadi prioritasnya. Jangan pernah menganggap dirimu lebih dari orang lain.

-

****
Hallo reades?

Udah lumayan lama ya author gak update.

Sorry soalnya author sibuk sama perayaan ulang tahun author kemarin. Jadi gak ada waktu deh buat kalian.

Tetep pantengin terus dan jangan bosen nunggu updatean dari 1 Hati 2 Raga❤

Sorry kalo ada Typo🙏😂

****

Vina pulang ke rumah Gibran dan bukan ke rumahnya. Ia sudah bilang akan pergi meninggalkan rumah pada Iren. Ia sangat kesal saat Iren meminta izinnya, dan saat tidak diizinkan Iren malah membahas masa lalunya. Vina menyesal dan sangat kesal saat Iren mulai membuka kembali jati dirinya atau latar belakangnya.

Setelah sekian lama dirinya mencoba melupakan alasannya dilahirkan, tetapi Iren selalu mengingatkan dirinya pada posisi biadab itu. Alasan Iren memanggilnya wanita malam, karena ibunya dianggap wanita penggoda oleh Iren. Hidup seperti ini bukanlah kemauan Vina. Dirinya harus hidup tanpa dicintai? Ini neraka baginya.

Siang tadi Vina pergi ke kafe sendirian. Menikmati sisa hari dengan kesendirian yang tentu saja membosankan. Ia sudah bisa menebak jika Ayu pasti akan memarahinya. Namun, perlahan Vina membuka pintu. Ia sedikit terkejut karena seisi rumah sangat gelap. Sekejap ia menoleh ke belakang dan lampu depan menyala. Ia berjalan ke depan perlahan. Tak lupa ia kembali menutup pintu.

"Selamat malam!" seru Vina.

Vina mengeluarkan ponselnya. Namun, sangat disayangkan bahwa ponselnya mati karena habis baterai.

"Ck!" Vina berdecak kesal dan menggenggam ponselnya dengan erat, berjalan perlahan dan mencoba mengingat apa saja yang ada di dalam ruang depan rumah Gibran.

"Gibran, Bunda, Om Dokter!" panggil Vina.

"Ini mati lampu atau Om Dokter belum bayar listrik?" tanyanya dengan bodoh.

Vina berusaha meneguk ludahnya sendiri. Cuaca menjadi dingin. Angin seakan ikut serta untuk menakutinya. Bulu kunduknya kini berdiri, menandakan jika dirinya sedang ketakutan. Vina sang pemberinya pun kini bernyali ciut. Rasanya sudah berbeda. Tak ada lagi kebahagiaan di hari ulang tahunnya.

"Serius dong. Hari ulang tahun Vina udah berantakan. Udah stop buat hal buruk selanjutnya!" dumelnya.

Vina yang terus menatap yakin ke depan sana pun benar-benar tidak bisa lagi menyembunyikan rasa takutnya. Rasanya ia sudah sampai di bagian ruangan tengah rumah Gibran. Cukup jauh dirinya berjalan secara pelan-pelan.

1 Hati 2 Raga [Selesai]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang