21. After Prom Night

76 2 4
                                    

HAPPY READING

Aku pergi dan bakal balik lagi kok, untuk kamu dan masa depan kita - Ri


Semalam, benar benar malam yang paling berkesan di hidup Dinda. Bagaimana tidak, ia merasa menjadi seorang putri disana. Perlakuan lembut dari Rey membuat pipinya terus merona, jantungnya berdegup sedemikian rupa ketika mata mereka bertemu.

Dinda berharap setelah prom night semalam, tidak ada lagi konflik diantara hubungan mereka berdua. ia ingin kembali bersama seperti biasanya. Jalan jalan pakai motor vespa,pergi ke toko buku,menikmati sunset di sore  hari dan menikmati setiap lengkungan senyum yang terukir di bibir Rey. Setelah ini, Dinda akan mengajaknya kembali menjelajah setiap sudut kota berdua dengan Rey dan vespanya.

Dinda benar benar sudah tidak sabar ingin segera mengajak Reynya berjalan jalan lagi, akhirnya ia menghubungi Rey melalui aplikasi whatsapp

Tuttt... Tutttt.... Tuttt...
Sudah 5 kali panggilan dari Dinda, namun masih tak ada jawaban dari Rey. Akhirnya Dinda menyerah, ketika mencoba menelfon melalui panggilan biasa, mendapat jawaban dari mbak mbak yang tak ia kenal

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif,cobalah beberapa saat lagi"

Dinda mendesah kesal, padahal hari ini Dinda pengen banget quality time berdua. Tapi, entah dimana sekarang Rey berada, ia tidak tahu sama sekali. Ponselnya saja tidak aktif, jarang sekali Rey menon-aktifkan ponselnya seperti ini.

Dinda termenung dikamarnya, lebih tepatnya di balkon kamarnya. Favorite spot bagi Dinda. Apalagi pagi hari seperti ini, pemandangannya indah sekali, tumbuhan hijau terlihat rimbun dibawah sana. Kicauan burung menambah suasana menjadi sangat comfortable. Sofi saja betah nongki nongki di balkon kamar Dinda. Bahkan sampai berjam jam lamanya.

"Tok... tokk.. tok.." suara ketukan terdengar dari balik pintu kamarnya. Pagi pagi seperti ini siapa lagi kalau bukan Mama-nya. Papanya? Tidak mungkin, ia selalu pergi pagi untuk ke kantor. Papanya Dinda itu benar benar hard worker banget, tanpa kenal lelah.Dinda saja kasihan kalau melihat Papanya pulang kantor larut malam,tapi Papanya itu selalu menampilkan wajah tersenyumnya, seolah bekerja seharian bukanlah apa apa baginya.
"Senyum kalian itu semangat Papa, jadi liat kalian dirumah aja udah bikin Papa semangat lagi" Begitu kata Papanya ketika Dinda melarangnya untuk tidak pulang larut malam lagi.

Mama Dinda masuk kedalam kamar anaknya, membawakan secangkir teh hangat.  "Nihh diminum tehnya, pumpung masih anget"

"Iya mah, makasih ya" Dinda merangkul pingang ramping milik Mamanya. Sepertinya memang sudah menjadi kebiasaan Dinda, merangkul pinggang Mamanya seperti itu. Itu salah satu bentuk kasih sayang Dinda untuk Mamanya, bukan manja ya namanya. Bahkan kadang ia masih suka menciumi pipi atau kening Mamanya, entahlah Dinda memang seperti itu.

"Sayang, itu gift box dari siapa? bagus banget"

Dinda menepuk jidatnya pelan, "Ya ampun mah, Dinda lupa buka. Itu dari Rey semalem"

"Yaudah gih, sana buka dulu. Mama ke bawah ya"

"Iya mah"

Setelah Mamanya keluar dari kamar, Dinda berjalan mengambil gift box berwarna merah di nakas meja rias miliknya.
"Kok bisa sampai lupa ya gue" gumam Dinda pada dirinya sendiri.

Pertama kali membuka box itu, aroma parfum yang biasa digunakan Rey menguar memenuhi indera penciuman Dinda.Membuatnya semakin bertambah merindukan Rey . Setelah itu Dinda mengambil 1 buah botol kecil,di dalamnya berisi kertas digulung. Dinda membuka tutup botol yang terbuat dari kayu, lalu membuka gulungan kertas yang ada didalamnya.

PROMISE AT VESPATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang