7

1.2K 342 20
                                    

"Kalau nggak keterima gimana?"

"Yakin bakal keterima."

"Misalnya doang."

"Yaa aku cabut berkas."

"Jangan dong!"

"Yah kamu juga jangan pesimis dong!"

Mereka diam lagi. Perjalanan menuju SMP impian mereka memang sedikit ribut kali ini. Karena hari ini pengumuman diterima atau tidaknya siswa yang mendaftar menggunakan nilai ujian.

Ujian kemarin,jujur saja sangat mudah untuk Ardan. Dia mendapat nilai sempurna di semua mata pelajaran,dan masuk dalam list siswa dengan nilai tertinggi se-provinsi. Sedang Wicak harus mati-matian belajar,juga dibantu oleh Ardan dan Adrian.

Dua saudara itu mengajari Wicak dari pagi hingga malam,diselingi makan juga bermain tentunya agar tidak mati kebosanan karena materi. Untungnya Wicak bukan orang yang lambat menerima pelajaran,hanya saja dia terkadang suka tiba-tiba blank dan konsentrasinya buyar. Karenanya Adrian mengajarinya untuk tetap fokus dan serius.

Syukurnya nilai Wicak masuk di lima puluh besar sekolahnya dari 112 murid. Wicak ada di nomor 45. Ardan? Sudah jelas nomor satu,lalu diikuti Heru di bawahnya.

Bicara soal Heru,dia memilih SMP 5 yang jaraknya lebih jauh karena memang Heru ingin pindah rumah.

"Tam."

"Wicak,kalau manggil yang lengkap. Itu tuh kaya 'tam,itam' gitu. Aku bukan kucing."

Wicak tertawa sebentar,"Tama. Tuh udah bener kan?"

"Iya. Apaan dah?"

"Kalau aku nggak keterima,pliss jangan cabut berkas mu."

Ardan menoleh,"ku kira pembicaraan tadi sudah selesai. Cak,aku yakin seribu persen kalau kamu diterima. Percaya deh!"

"Tapi--"

"Nggak ada tapi. Udah deh diem,bentar lagi sampai. Mending banyak berdoa." Dan Ardan berjalan lebih dulu dari Wicak,jengah juga kalau temannya itu membahas hal yang sama sejak kemarin-kemarin.

***

"TAMA! GILA! AKU DITERIMA!" Wicak berlari,menyambar Ardan di lorong masuk SMP itu. Memeluk juga lompat-lompat,saking senang nya. Ardan sih ikut lompat-lompat juga.

"Dibilang ngeyel sih! Pemikiran ku nggak pernah salah tau!"

"Hehe,iya deh iya. Eh kau nggak ngecek nama di papan?" Wicak menunjuk papan yang berisi nama siswa yang berhasil masuk,tentu saja sekarang sangat dipadati siswa yang lain.

"Engga perlu. Memang kamu nggak liat yang nangkring di nomor satu siapa?"

"Iya deh yang nomor satu." Ardan cuma cengengesan aja.

"Keliling dulu yok."

"Yok."

Mereka memutuskan untuk berkeliling sekolah baru mereka. Mulai dari kelas,lapangan,koperasi,kantin juga UKS. Ardan bahkan stop sebentar di depan UKS.

"Ini nih ruangan yang bakal sering aku masukin." Ucap Ardan melirik ke arah Wicak.

"Nggak! Nggak akan masuk UKS lagi. Aku udah janji kan?" Emosi Wicak sambil menarik tangan Ardan,yang ditarik cuma ketawa aja.

Meski sekolah itu tampak ramai,tidak menghentikan langkah ringan dua anak baru SMP itu. Sekolahnya bagus,sarananya juga lengkap,bahkan di lorong masuk saja ada tiga lemari kaca khusus piala-piala yang sekolah ini raih. Hal itu membuat keduanya takjub sampai lupa tujuan awal datang ke sekolah itu.

MAGIC √ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang