"Rumah kamu dimana?" Tanya Ardan yang berada di sisi kiri Wicak. Kata Wicak bahaya kalau terlalu dekat dengan jalanan. Jadi dia menukar posisinya dengan Ardan.
"Dekat kok. Ada di dalam gang itu." Wicak menunjuk gang di seberang jalan. Menggandeng tangan Ardan,takut-takut kalau dia tertinggal.
Kening Wicak sedikit berkerut,mata nya menangkap banyak mobil pick-up di tanah lapang depan rumahnya. Apakah oma mendadak kaya raya setelah ditinggal Wicak beberapa menit yang lalu?.
"YA AMPUN TAMA DARI MANA AJA SIH KAMU?!" Wicak kaget. Ada seorang lelaki,yang terlihat lebih tua dari dirinya,berlari dari arah rumah yang harusnya kosong itu, menarik dan memeluk Ardan.
"Kamu siapa?! Kamu pasti sekutu alien yang culik kakak nya Ardan,kan?!" Wicak berjalan mundur,tapi dia maju lagi. Menarik lengan Ardan, "Ardan! dia manusia yang sudah dicuci otak oleh alien!"
Orang yang dimaki hanya diam,menatap bingung bocah di depannya. Sedang Ardan tertawa sebentar, "dia kakak aku,Wicak."
"Kalian saling kenal?" Mereka bertiga menoleh,mendapati orang-orang dewasa yang sedang duduk di teras rumah kosong itu.
Ardan menarik lengan Wicak,menuntunnya ke sumber suara. "Bunda,dia yang bantu Ardan di lapangan tadi." Wanita yang dipanggil 'Bunda' itu tersenyum sebentar,menatap ke arah Wicak, "oh ya? Namanya siapa?"
Wicak tersenyum lebar,mengajukan tangannya."Wicak tante. Muhammad Aditya Wicaksono." Bukan,ini bukan Wicak yang bicara melainkan wanita paruh baya yang baru saja datang dengan membawa piring berisi biskuit hangat,terlihat dari uap yang mengepul tipis.
"Oma!" Wicak memeluk kaki oma nya.
"Kalau kamu siapa namanya?" Giliran oma yang bertanya pada Ardan.
"Ardan Pratama Husda,Nek." Ucap Ardan mantap,sambil mengeluarkan senyum lesung pipi nya itu.
"Ya ampun kamu manis banget." Oma menaruh piring itu di teras,lalu mencubit pelan pipi gembul milik Ardan. "Panggil oma aja. Kayak Wicak manggil oma."
"Siap oma."
"Wicak juga manggil nya Bunda juga ya? Jangan tante."
"Oke,Bunda." dan mereka berdua tersenyum lebar,hingga mata itu menjadi segaris.
"Tapi kok kakak manggil Ardan pake 'Tama'?" Wicak mengambil dua biskuit dari piring,satu untuknya dan satu untuk Ardan.
"Hmm biar beda aja."
"Yaudah aku manggilnya Tama juga deh!" Ujar Wicak mantap.
"Kenapa?" Ardan bingung. Rasanya aneh dipanggil dengan nama tengah oleh dua orang ini.
"Biar beda." hmm jawaban yang polos.
"Kok bisa ketemu sama Ardan di lapangan?" Satu lagi pria dengan kumis tipis muncul dari balik pintu depan.
"Tadi pas Wicak mau cari tempat duduk,Wicak liat Tama lagi nangis dekat tukang batagor. Yaudah Wicak datangin deh." Bocah enam tahun itu bercerita dengan riang,kaki yang sibuk,juga tangan yang ikut bercerita dengan biskuit hangat di genggamannya. Ciri khas anak-anak yang exited.
"Maaf ya tadi kakak mau pergi ke wc bentar,pas balik kamunya udah nggak ada." Ini orang yang tadi meluk Ardan. Sedang Ardan duduk di pangkuan kakaknya itu dengan bibir yang terpaut maju,sedang meraju sepertinya.
"Kakak, lain kali jangan begitu ya! Untung yang nemuin itu Wicak." Bunda Ardan mengelus sebentar pucuk kepala Wicak.
"Untung bukan diculik alien! Kasian Tama kalau sampai dicuci otak terus dipaksa berantem sama alien." Mulut Wicak terus bicara,meski terkadang harus mengunyah biskuit.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC √ [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[Tersedia di Shopee] [ Namseok Local AU ] [COMPLETE] . . . "Kak." "Ya?" "Wicak itu penyihir ya?" Karena Ardan selalu berpikir bahwa semua penyihir akan memakai sebuah tongkat atau topi lancipnya, tetapi setelah melihat Wicak, rasanya dua benda itu t...