Halo! Salam bunga ungu, Clematis!💜
Sebelum lanjut ke sesi inti dari chapter ini, saya mau menginfokan kalau hari ini (9 Agustus 2023) adalah hari terakhir Pre Order novel MAGIC, setidaknya sampai jam 12 malam.
Jadi, bagi kalian yang belum dan ingin memeluk kisah Ardan, Wicak, dan Adrian dalam dekapan, bisa segera di Check Out ya. Tersedia versi Hard Cover juga kok, ditambah banyak printilannya. Tersedia via pembayaran COD juga bagi yang sekiranya belum ada cuan. Bukunya cantikkkk, lho. Covernya nampak seperti buku cerita anak-anak, hehe.
Mungkin di antara kalian sedikit bingung kenapa ada bunga mawar di bagian merch dan spoiler. Seperti yang saya bilang, ada banyak hal yang saya tambahkan, pun ada yang diubah juga. Karena itu versi buku benar-benar fresh dan sangat Clee sekali, hehe.
📍Untuk link pembelian bisa cek di wall percakapan akun ini ya.
Dan untuk chapter ini, mohon dibaca sampai habis ya. Langsung saja~
.
.
.MAGIC, cerita kedua yang lahir di akun ini setelah BMT pada hari Senin, 15 Juni 2020 lalu. Cerita yang sudah saya rencanakan bagaimana alur dan endingnya sejak saya menulis chapter perkenalan BMT. Benar, termasuk kematian dua tokoh super baik di dalam cerita ini.
Memang benar kalau vibes dari MAGIC ini sangat jomplang sekali dengan dua saudaranya, meski di setiap buku selalu saya tambahkan bumbu serius dan ‘sedikit’ sentimental, tapi MAGIC itu beda.
Di samping ingin menjajal genre baru, saya ingin memberi tau bahwa, ‘Bahkan si paling beruntung pun tak selamanya bahagia dan si tak punya apa-apa bisa menjadi pemilik segalanya’. Kalian akan tau setelah membaca bukunya.
Dan selama menulis cerita MAGIC, rasanya benar-benar menyiksa. Di satu waktu bisa merasa hangat sama kisah pertemanan mereka saat masih kecil, betapa beruntungnya kedua manusia itu bisa saling melengkapi. Sedang di lain waktu bisa merasa menyakitkan saat kepergian orang-orang penting di dalam cerita ini.
Kematian Om Husda menjadi pemantik dari semua yang terjadi setelahnya. Dan demi Tuhan, setiap kali, benar-benar setiap kali saya harus mengedit dan mengecek ulang naskah, bagian kematian Adrian selalu bikin saya nangis. Selalu, setiap kali.
Membuat narasi kejadian, dialog Ardan dan Wicak, semuanya. Ini mungkin terdengar lebay ya, tapi memang saya anaknya cengeng. Kadang saya harus meng-skip adegan ini ketika mengecek ulang supaya menghindari adegan itu.
Detail selanjutnya akan saya jelaskan sembari menjawab pertanyaan yang masuk.
1. Assalamu’alaikum ya ukthi, terkait QnA MAGIC, aku mau bertanya, nih. Kenapa Adrian jadi tokoh yang paling sempurna dibandingkan yang lain? Terus kenapa Adrian metongnya cepet banget? Huaaaaaa.
=> Sebelumnya, wa’alaikumsalam ya, Ukthi. Di chapter Vote Cover MAGIC, memang saya sempat bilang kalau Adrian itu adalah karakter paling sempurna sejauh yang pernah saya buat.
Karena begini, ini pun saya sadar ketika scroll tiktok , ada video yang membahas komik Naruto tentang ayahnya, Namikaze Minato. Di sana ada yang berkomentar, menyayangkan kenapa karakter sebaik dan sesempurna ini bisa di-cut off secepat itu oleh Masashi Kishimoto?
Dari video itu saya teringat Adrian. Semuanya, tentang betapa baiknya dia, sabarnya, lembutnya, cerewetnya, pintarnya, sopan santunnya. Tentang kepeduliannya kepada Ardan, kepada Wicak, dan keluarganya. Selalu mengalah dan menjadi penengah antara Ardan dan Wicak, menemani dua bocah itu bermain, dan menegurnya ketika berbuat salah.
Adrian, seolah manusia yang bisa apa saja. Akademik dan non-akademiknya sangat bagus tapi tak pernah sombong dan selalu berusaha membuat adiknya lebih dari dirinya. Dia putra sulung Husda, berbudi pekerti baik, walau kadang dia suka membuat jokes yang garing (untuk yang ini hanya ada di versi bukunya ya).
KAMU SEDANG MEMBACA
MAGIC √ [SUDAH TERBIT]
Fanfic[Tersedia di Shopee] [ Namseok Local AU ] [COMPLETE] . . . "Kak." "Ya?" "Wicak itu penyihir ya?" Karena Ardan selalu berpikir bahwa semua penyihir akan memakai sebuah tongkat atau topi lancipnya, tetapi setelah melihat Wicak, rasanya dua benda itu t...