3

1.6K 380 40
                                    

"Ya ampun,lihat tiga anak ini tampan sekali." Bunda tidak henti-hentinya menguyel dan mencubit pipi trio gembul yang berbalut baju merah putih itu. Ya,hari ini hari pertama sekolah mereka.

"Bun,sudah. Nanti pipi ku merah." Ardan mulai merasa perih di pipinya.

"Hehe. Yaudah kalian hati-hati ya. Adrian,jaga dua adik mu." Hampir saja Adrian lupa kalau sekarang adiknya bertambah satu lagi.

"Oke,Bun. Tapi Dana baru pulang jam dua belas."

"Nggak apa,Bun. Nanti Wicak yang jagain Tama." lagi,senyumnya Wicak bagai sihir yang bisa membuat orang-orang percaya padanya,senyum percaya diri.

"Kalau gitu tolong ya,Wicak. Soalnya Bunda sama Ayah Ardan baru pulang kerja jam empat sore."

Setelah menyalimi tangan bunda,juga melambaikan tangan kepada oma yang sedang duduk di kursi depan rumahnya,trio itu berangkat sekolah.

Tiga langkah itu ringan sekali juga berjalan saling bergandengan dengan Ardan yang berada di tengah. Ini dilakukan mencegah si bungsu itu hilang atau tiba-tiba tertinggal.

Sekolah Dasar Negeri 3,benar-benar dekat dengan rumah. Bahkan keringat tidak keluar dari dahi mereka sedikitpun.

Sampai di gerbang,ramai sekali dengan siswa sebaya mereka juga orang tua yang ikut mendampingi. Ardan menggenggam tangan kakaknya lebih erat,"kak,aku takut."

Adrian mengelus pucuk kepala adiknya,"nggak apa,kan ada Wicak. Kemana-mana sama Wicak ya." ucapan itu hanya dibalas anggukan lemah. Sedang Wicak tidak mengerti maksud dua saudara ini,dia tetap  mengeratkan pegangannya pada Ardan,membuat rasa aman itu mengalir ke temannya.

Mereka berpisah,Adrian tentu sibuk mencari nama dan daftar kelas barunya juga Wicak Ardan yang sama sibuknya. Beberapa kali Wicak bertanya pada orang dewasa di sana,juga Ardan yang sama sekali tidak melepas genggaman sohib nya itu.

***

"Tama,kamu kenapa? Sakit?" Ardan hanya menggeleng.

Sekarang mereka sudah duduk di bangku kelas barunya,kelas 1-A. Wicak memilih bangku di tengah kelas,tidak terlalu di depan juga di belakang. Sejak awal masuk kelas,Ardan hanya menunduk. Satu tangan meremas celananya,sedang satu tangan lagi menggenggam lengan baju Wicak.

"Kalau sakit,aku antar pulang." gelengan lagi,Wicak jadi bingung sendiri menghadapi temannya ini.

Kelas sudah mulai,para orang tua yang mengantar meninggalkan anak mereka di dalam kelas.

"Nama Ibu,Bu Ani. Saya yang menjadi wali kelas kalian. Salam kenal ya." Salam nya ramah sambil melambaikan tangan. Tentu mereka menyambutnya dengan riang juga ikut melambaikan tangan,oh kecuali Ardan.

"Kita kenalan dulu ya. Kata orang 'tak kenal maka tak sayang'." Ibu itu mulai membuka absensi,dan memanggil satu per satu siswanya untuk maju dan memperkenalkan diri masing-masing.

"Wicak."

Anak itu menoleh,mendapati temannya yang bercucuran keringat juga suara yang lemah.

"Tuh kan,kamu itu sakit. Sini aku antar pulang." langkah Wicak terhenti ketika tangan Ardan mencengkram lengannya kuat.

Dia menggeleng lemah, "gi-gimana caranya bi-bicara di depan?"

Oh Wicak tahu sekarang,temannya ini hanya gugup. "Tama,atur napas mu pelan-pelan,setelahnya kamu bisa mulai bicara. Perkenalkan nama mu,cita-cita,juga hobi. Aku tahu kamu bisa!" Wicak tersenyum, mencengkram kedua bahu itu,sama seperti yang dia lakukan dulu saat mengajak Ardan untuk ke rumahnya.

MAGIC √ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang