14

1.3K 356 47
                                        

*sangat direkomendasikan untuk memutar lagu di atas,kalau habis putar ulang saja :) *
.
.
.

"Lama banget,Kak!"

"Maaf tadi macet banget." Adrian baru sampai di stasiun dan dia bisa melihat di genggaman tangan kanan adiknya itu,sebuah medali emas.

"Hehe aku menang dong!" serunya riang sekali,sambil mengangkat medalinya.

Adrian tersenyum simpul,"sudah kakak duga sih bakal menang. Adik ku kan pintar sekali." Ucapnya sambil mengacak rambut hitam adiknya. Yang menerima afeksi hanya tertawa riang.

"Kak,nanti mampir ke rumah sakit ya."

Tangan Adrian mendadak berhenti,"nggak usah,kita langsung pulang aja."

Tubuh Adrian langsung berbalik,membuat Ardan bingung.

"Kenapa? Aku mau kasih lihat ini ke ayah. Memang ayah sudah di rumah?"

Adrian kembali menghampirinya,memeluk adiknya erat.

Erat sekali.

"Iya, ayah sudah di rumah."

***

Entah sudah berapa lama Wicak menangis. Matanya merah sekali juga pucuk hidungnya. Wajah nya kacau sekali. Pikirannya samakin tidak karuan ketika ambulans datang,membawa tubuh Om nya itu.

Operasinya gagal. Kanker liver stadium terakhir telah memenangkan pertarungannya. Tepat sebelum operasi dinyatakan gagal,wasiat itu dilakukan,pencakokan kornea mata untuk ayahnya.

Wicak senang akhirnya ayahnya bisa melihat lagi. Tapi apakah harus dengan cara seperti ini?

Rumah temannya telah ramai,keluarga terdekat juga tetangga berdatangan. Bukan untuk pesta,bukan pula untuk bersuka cita. Semua berkabung,mengalunkan ayat suci menghantarkan ruh jenazah orang yang amat sangat baik itu ke tempat paling layak di sisiNya.

Aneh sekali. Om nya itu terlihat sangat damai,apa dia tidak penasaran seperti apa hal-hal yang sudah dia tinggalkan kan? Bunda sudah berapa kali pingsan,limbung karena tak kuat melihat jenazah suaminya tiba di rumah. Adrian meski hanya seorang siswa kelas tiga SMA ,tapi dia harus menjadi pilar paling kokoh saat ini. Bundanya hancur,mana ada anak yang tega melihat Ibu nya sekacau ini?

Dan hal itu mulai mengusik hati Wicak lagi. Hal yang sejak kemarin selalu bersarang kokoh di hatinya,bagaimana hancurnya perasaan sahabatnya itu? Sungguh,membayangkan saja Wicak tak mampu.

"Cak." panggil oma nya dengan wajah yang sama kacaunya dengan dirinya.

"Ya,Oma?" Suaranya kelewat gemetar.

Oma memeluk cucu nya itu. Membiarkan dia menangis dalam peluknya,mencium pucuk kepala itu beberapa kali.

"Nak,tolong hibur Ardan ya nanti."

"Tanpa disuruh pun akan ku lakukan,Oma."

***

Motor itu sudah terparkir di tanah lapang samping rumahnya. Ardan menatap rumahnya,ramai sekali.

"Kak,siapa yang syukuran?"

Karena yang Ardan tangkap hanya orang-orang berpakaian gelap yang membaca doa-doa. Dan detik berikutnya membuat Ardan mulai panik,dia melihat mobil ambulans di samping rumahnya.

Tas nya ia tinggal sembarangan,ia berlari masuk ke rumahnya tanpa permisi sedikitpun pada orang-orang.

Tubuhnya jatuh terduduk. Hatinya mencelos,melihat ayahnya terbaring di ruang depan dengan kain tipis menutupi wajahnya yang damai.

MAGIC √ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang