12. yuqi marah 2

107 12 0
                                    

Flashback on

Satu keluarga sedang liburan disalah satu tempat bermain disana terdapat banyak wahana dan pastinya suasana ramai.

Dimana jisung terlihat bahagia bersama kakak perempuanya,bahkan ayah dan mamanya pun begitu.

Dan waktu itu jisung masih berumur sekitar 5 tahun sedangkan kakaknya 9 tahun.

"Emmm pa? Jiyoung mau nonton film." ujar jiyoung kakak jisung dan sang ayah pun mengangguk dan senyum.

Ayahnya ini sangat menyayangi jiyoung mungkin rasa sayang nya melebihi dari jisung.

Sang ayah pun memesan tiket yang terlihat ramai karna antrian nya begitu panjang.

"Ma? Jisung mau permen bola bola itu." pinta jisung.

"Oke, sebentar ya mama beliin dulu kamu tunggu sini sama kakak."

"Kak besok kalo aku udah besar aku berangkat sekolah bareng kakak."

"Pasti kakak anter jemput, emang kamu mau sekolah dimana?"

"Eeemm gak tau, sekolah yang sama kaya kakak."

"Iyadeh tapi jisung jisung harus rajin belajar."

Jisung mengangguk riang sambil melompat lompat dan berlari kesana kemari.

"Eeee jisung jangan lari lari! Bahaya soalnya deket jalan raya." ujar sang mamah yang sudah kembali membeli yang diinginkan jisung, namun mamanya fokus dengan hp nya karna baru saja ada yang menelfon nya.

Kemudian suara klakson dari mobil seperti avanza berbunyi keras.

TINNNNNN TINNNNNNNN,

"JISUNG!" Teriak mama jisung.

Tetapi mengejutkan bagi mama dan jisung untuk melihat kenyataannya.

Kakaknya kini terbaring dengan darah yang keluar dari belakang kepalanya begitu pula luka luka yang ada di tanganya dan kakinya.

Ayahnya yang baru memesan tiket film tersebut kembali dan melihat ada keramaian dijalan tersebut. Tak disangka yang tergeletak disana adalah putri tersayangnya.

"JIYOUNG! jiyoung kenapa kamu begini? Kenapa disini nak?" ujar ayahnya dengan suara bergetar menahan amarahnya yang sudah tak tau harus bagaimana.

Ambulan datang saat tadi mamanya berusaha memanggil saat ayahnya tiba. Mungkin ini sudah takdir bagi jiyoung. Ditengah tengah jalan sebelum tiba dirumah sakit jiyoung kritis dan saat itulah jantungnya sudah tidak berdetak lagi.

Jiyoung meninggalkan jisung, papa, dan mama selamanya.

Saat terjadi kejadian setelah 2 bulan ayah jisung selalu menyalahkan mama bahkan saat emosinya tidak terkontrol dia selalu berkata kasar, menyakitkan bagi jisung.

Kini ayahnya menjadi seorang yang dingin, jika dia bahagia itu hanya belaka.

Karna kehilangan putrinya sangat mencekik selama hidupnya.

 Breathe With You //hwang Renjun (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang