☆ 3 ☆

79 26 8
                                    

*Jangan lupa vote dan komen :)
.
.
.
.

Dan bla bla bla obrolan random ala-ala orang baru kenalan itu terus berlanjut, tapi tak lama kemudian manusia-manusia tersebut melenggang ke kantin untuk menikmati makan siang, kecuali Nara. Ia memilih untuk tenggelam dengan novel tebal ditangannya.

Awalnya semua baik-baik aja sampai akhirnya Nara merasakan hal yang janggal, seperti ada yang mengawasinya. Nara melihat sekitar dan mata bulatnya menangkap bayangan itu.

“Aaaaaaaaaa” teriaknya, lalu semuanya gelap.
.
.
.
.
.

Nara membuka matanya perlahan. Entah di mana dia sekarang. Tapi ranjang kecil dan juga kotak p3k menyadarkannya kalau dia pasti ada di UKS.

 Tapi ranjang kecil dan juga kotak p3k menyadarkannya kalau dia pasti ada di UKS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Kok aku di sini? Huwaa tadi, aku pasti halusinasi, deh. Serem parah! Ni otak ga beres sumpah,” ucap Nara sambil memukul kepalanya sendiri.

“Serem? Lo pikir gue setan,  hah?” kata seseorang yang entah muncul dari mana.

Nara kembali melotot, mulutnya siap untuk berteriak tapi orang itu sudah buru-buru membekap mulutnya.

“Syutttt, jangan sampe gue dikira ngapa-ngapain kalau lo teriak kaya gitu,” ucap orang itu yang kini hanya berjarak beberapa senti dari Nara.

Nara tertegun, badannya terasa kaku karena terlalu kaget, nafasnya juga sesak karena tertutup tangan orang itu.

Menyadari gadis dihadapannya hampir kehabisan napas, orang itu pun menurunkan tangannya.

“Aku pasti udah gila,” ucap Nara yang masih belum bisa menetralisir detak jantungnya.

“Emang! Dasar cewek aneh!” cibirnya.

Nara tak bereaksi. Ia masih tak yakin makhluk di hadapannya ini manusia atau bukan.

“Hei, mau sampe kapan ngeliatin gue terus? Ga mau ke kelas?,”sambung orang itu.

Bukannya menjawab, Nara masih bengong, matanya seakan tengah meneliti tiap inci indahnya karya Tuhan itu.

Orang itu semakin kesal karena gadis dihadapannya masih saja tak merespon. Ia pun melenggang pergi. Nara yang tersadar objek penelitiannya telah beranjak segera menyusul orang itu.

“Woiii tungguin!” teriak Nara. Orang itu berhenti dan berbalik menatap Nara.

“Bisa ngga gausah teriak-teriak gitu?” katanya dengan sorot mata tajam.

“Maaf,” jawab Nara pelan. Orang itu memutar bola matanya malas dan kembali meninggalkan Nara.

Di kelas seluruh mata memandang heran dua makhluk yang baru saja masuk. Nara yang memilih untuk tak peduli langsung menghampiri tempat duduknya.

“Ra, lo gapapa?” tanya Sona, ketua kelas yang tempat duduknya tepat berada di depan tempat duduk Nara.

“Gue baik-baik aja, emangnya kenapa?” Nara balik bertanya.

Nap of a Star [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang