“Lo bener-bener ga punya perasaan. Lo biarin gue pulang sendiri dengan keadaan kek gini?”
Nara terdiam, tingkah dan ucapan Beomgyu selalu membuatnya berpikir. Tak lama kemudian Nara menyadari sesuatu, ia berusaha menahan tawanya.
“Kenapa lo ketawa hah? Emang ada yang lucu? Dasar cewek gila!”
“Iyah gue anterin deh,” jawab Nara dengan senyum manisnya, tetapi cukup membuat telinga Beomgyu memerah seketika. Beomgyu menyadari kenapa cewek dihadapannya tertawa.
Sial kenapa gue jadi gini sih? Bisa-bisa ni cewek yang ngga ngga lagi. Gyu bego!
..........
Nara memasuki pelataran rumah Beomgyu yang nampak bersih dan bernunsa hijau. Di tengah taman terlihat kolam ikan berbentuk persegi yang dikelilingi rangakain bunga matahari. Sementara bangunan utamanya terdiri atas dua lantai berarsitektur modern didominasi warna coklat susu dan emas, membuat kesan mewah begitu terpancar.
“Kok sepi banget, Gyu?” ucap Nara setelah Beomgyu memasukan pin dan masuk ke dalam rumah.
“Kayanya orang rumah lagi pada pergi, deh. Biasa lah weekend,”
Beomgyu menjatuhkan tubuhnya di sofa putih di ruang tamu.
“Lo ga diajak?”
“Diajak lah. Tapi gue ga mau. Lagian hari ini gue ga ada rencana buat pulang, Cuma karena dapet sial di jalan jadi gue harus pulang,”
Nara yang tersindir hanya berdecak pelan.
“Kotak p3k nya di mana?”
“Laci noh paling ujung kanan bawah,” Nara bergegas ke tempat yang ditunjukkan.
“Dapur di mana?”
“Ngapain lo tanya dapur bego? Mau makan?”
“Ngambil es batu buat lo bego!”
Kata bego itu seharusnya tidak keluar, entahlah kata itu meluncur begitu saja, mungkin kekesalan yang menumpuk membuat rem mulut Nara blong.
“Owhh, lurus aja terus belok kiri,”
Nara segera melesat ke dapur, sedangkan Beomgyu mengingat kembali kata terakhir Nara.
“Eh gilak cewek aneh! Beraninya lo manggil gue bego!”
Teriakan Beomgyu menggema di setiap sudut rumah. Untung saja keluarga Beomgyu tidak memiliki tetangga di seberang rumah. Kalau iya kan kasian bakal kaget denger teriakan tuh cowok nyebelin.
Nara menghampiri Beomgyu dengan kapas, obat merah, kain, dan es batu di tangannya. Sementara Beomgyu terlihat kesal.
“Tadi kelepasan,” ucap Nara. Beomgyu memutar bola matanya malas.
“Ngadep sini woi! Kalo lo ga mau gue bantu obatin ya udah. Obatin aja sendiri, gue pulang!”
Kesabaran Nara mulai habis. Bagaimana cowok ini terus memarahinya dan memanggilnya dengan kasar, giliran Nara yang balik memanggilnya dengan kata ‘bego’ dia langsung ngambek.
“Iya deh, iya,”
Beomgyu menghadap Nara. Membiarkan gadis di hadapannya membersihkan darah di pelipis, pipi, dan sudut bibirnya serta memakaikan obat merah.
“Auhhh, pasti perih, tahan ya,”
Beomgyu menatap Nara bingung. Yang sedang diobati adalah dirinya, tapi mengapa malah gadis dihadapannya yang terlihat meringis menahan sakit.
Nara mengobati luka di wajah Beomgyu dengan cekatan. Mata coklatya begitu berhati-hati saat menjelajahi wajah tampan di hadapannya. Percayalah, cowok ganteng mau babak belur juga bakal keliatan tetep ganteng.
Namun konsentrasi Nara buyar seketika ia menyadari pemilik wajah itu juga tengah memerhatikannya. Hening. Kini mata mereka terkunci satu sama lain. Mencoba menelaah pikiran yang terlukis dibalik bingkai mata masing-masing.
“Gue kayanya harus jauh-jauh dari lo, deh,”
Beomgyu membuka obrolan tanpa mengalihkan pandangannya. Nara tak merespon, tapi sorot matanya menjawab kenapa.
“Kalo lo ada di deket gue, pasti ada aja gue kena sial, ya kaya sekarang ini,”
“Maaf, lagian tadi gue ga akan teriak minta tolong kalo lo ngga-“
Nara tak melanjutkan ucapannya, matanya beralih ke pergelangannya yang tak ia idahkan sedari tadi. Beomgyu mengikuti arah mata itu.
“Tangan lo!”
Beomgyu menarik tangan Nara. Terlihat pergelangan tangan kiri Nara yang sedikit lebam. Sebersit rasa bersalah menghampirinya. Ini adalah kali pertama ia menyakiti perempuan secara fisik.
Dengan sigap Beomgyu mengambil es batu dan kain yang tadi digunakan untuk dirinya. Ia mengompres pergelangan Nara perlahan.
Lalu bagaimana kabar Nara?
Dia berasa hampir mati karena degup jantungnya yang berpacu begitu cepat, jika ada pertandingan balapan jantung ia yakin jantungnya akan menang dengan kecepatan secepat itu.“Lo hobi banget ngeliatin gue ya?” tanya Beomgyu saat menyadari gadis di hadapannya hanya terdiam menatapnya.
“Kenapa bisa ganteng gitu sih,” gumam Nara belum tersadar dari lamunannya.
“Hah?”
“Ehhh nggak! Itu tadi bisikan setan! Jangan dianggep serius!” pekik Nara yang menyadari tingkah bodohnya.
“Akhirnya ni haters ngakuin kegantengan gue,” ucap Beomgyu bangga.
Sombong amat! Untung beneran ganteng, kalo ngga udah aku tenggelemin kamu di Sungai Amazon!
Nara beranjak hendak mengambil tasnya, tetapi tangan itu menahanya lagi.
“Siapa yang ngizinin lo pergi?”
“Maksud lo?” Nara menatap Beomgyu bingung.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Hello Nap of the Star's readers!!!
Gimana part kali ini? Gaje ga?
.
.
.
.
jan lupa vote n komen^_^♡♡♡
-Ra
KAMU SEDANG MEMBACA
Nap of a Star [END]✔
Fanfiction[END] Dalam tidurmu, aku ingin bermimpi bersamamu. Selamanya. Seolah tidak terjadi apa-apa -Choi Beomgyu-