Jangan lupa vote dan komen😉
🍁Selamat membacaaaa🍁
“Lo harus ikut gue sekarang,” kata cowok itu.
“Kemana?”
“Kantor polisi,”
“Hah?”
“Udah ikut aja,”
Cowok itu menarik Nara keluar dari tempat itu. Nara hanya menurut, melewati rombongan orang-orang yang berdatangan. Mereka adalah teman-teman sekelasnya, beserta beberapa guru. Nara tak sempat menyapa karena langkah Beomgyu yang cepat membawanya pergi.
“Gyu itu ada temen-temen,”
“Biarin aja,”
Mereka pun sampai di tempat parkir. Tiba-tiba sebuah mobil berwarna hitam menepi dan membunyikan klakson. Seorang wanita keluar dari mobil itu.
“Beomgyu, kamu mau ke mana?” tanya wanita itu.
“Mau ke kantor polisi, Ma,”
Ma? Jadi ini Mamanya Gyu? Cantik bangetttt gila!
Namun Nara hanya diam, tak tau apakah ia harus ikut dalam percakapan itu.
“Kamu dengan siapa itu?”
Seorang lelaki yang baru saja keluar dari tempat pengemudi ikut melayangkan pertanyaan
Sepertinya beliau adalah Papanya Beomgyu.“Saya Lee Nara, saya temannya Beomgyu,”
“Ohh jadi ini yang namanya Nara, cantik sekali, ya.” puji Mama Gyu.
“Terima kasih,” ucap Nara dengan senyum yang tersembunyi di balik masker yang dikenakannya.
“Ya sudah, kalian buru-buru kan? Segeralah ke kantor polisi, bantu polisi untuk menemukan pelakunya,” ucap Papa Gyu.
“Siap Pa,”
Beomgyu mengangguk.
“Hati-hati di jalan. Jangan ngebut, jagain Nara-nya, Gyu,”
“Iya Ma,”
“Dah Tante, Om,” kata Nara yang kemudian mengikuti Gyu dan masuk ke mobil.
......
Mereka sudah tiba di kator polisi. Nara dan Beomgyu adalah saksi terkait dengan kasus penembakan Sona. Mereka adalah orang terakhir yang bersama Sona.
Keduanya kini duduk bersebelahan di sebuah ruangan khusus berhadapan dengan seorang detektif. Ya, detektif itu adalah orang yang bertanggung jawab menggali tentang kasus ini. Detektif itu masih terlihat muda, sepertinya seumuran dengan Kakak Sona. Berparas tampan tapi dengan raut yang tegas.
“Apakah kalian mengetahui bila korban memiliki musuh?” Detektif itu memulai interogasi.
“Tidak. Sona itu orangnya sangat baik, dia suka membantu orang lain, hampir tidak mungkin bila ada orang yang tidak menyukainya,” jawab Beomgyu.
“Anda sempat menginap di rumah korban, kan? Apakah korban menceritakan sesuatu yang mungkin mengganggunya?” Detektif itu menatap lurus mata Nara.
“Tidak, kami hanya mengobrol seperti biasa, tak ada masalah apapun,”
“Benarkah?” ujar detektif itu ragu.
Detektif itu kemudian membalikkan laptopnya. Menunjukkan sebuah rekaman cctv lorong apartemen Sona. Terdapat seseorang dengan pakaian serba hitam berdiri cukup lama di depan ppintu. Memencet bel berkali-kali tanpa respon dari sang pemilik rumah.
“Apakah kau mengenalnya? Dan mengapa orang ini tidak dibukakan pintu?”
Nara mengerutkan dahinya. Ia sungguh tidak tahu kehadiran orang itu. Bukankah yang memencet bel berkali-kali saat itu adalah Beomgyu. Nara mencoba mengingat apa yang terjadi kemarin.
Rekaman itu berlanjut, menjawab pertanyaan Nara. Sosok itu segera pergi saat melihat Beomgyu yang keluar dari lift. Sepertinya sosok itu mengenali Beomgyu.
“Ahh saya ingat. Saat ada yang memencet bel, Sona yang mengecek di kamera interkomnya. Lalu dia bilang dia tidak mengenal orang itu, hingga akhirnya belnya berbunyi berkai-kali. Saya pun memutuskan untuk melihat siapa yang ada di luar, dan yang saya lihat saat itu Beomgyu sudah berdiri di sana,” jelas Nara.
“Pantas saja kalian langsung mbuka pintu kemarin, padahal aku belum sempet mencet bel,”kata Beomgyu.
“Jadi kalian tidak tahu tentang orang ini?”
“Tapi tunggu. Akhir-akhir ini kami juga diikuti oleh sosok serba hitam seperti itu. Bahkan orang itu berusaha mencelakai Nara pada malam sebelumnya. Apa mungkin itu orang yang sama?” lanjut Beomgyu.
“Ehm, tapi saya tidak terlalu yakin. Bisa saja kan pakaiannya mirip karena kebetulan,” kata Nara. Entah mengapa hati gadis itu menyangkal pernyataan itu.
“Apa kalian melihat pelaku saat di tempat kejadian?”
Beomgyu menggeleng pelan,lalu berujar.
“Tidak, saya langsung menghampiri Sona dan tak melihat siapapun,”
“Bagaimana Lee Nara?”
Nara terdiam. Ia mencoba mencari ingatan itu di otaknya. Kejadian siang kemarin terputar perlahan di otaknya dan menyadarkannya akan sesuatu. Sontak Nara membeku, saraf tubuhnya menegang, mengetahui ia melihat pelakunya.
“Saya melihatnya,”
Seketika Beomgyu dan detektif itu melemparkan tatapan tajam mereka kepada Nara. Pernyataan Nara akan menjadi kunci untuk memecahkan masalah ini.
“Orang itu cepat sekali. Saya melihat orang itu memasukkan sesuatu ke dalam jaketnya dan pergi begitu saja. Pakaiannya serba hitam dan sangat tertutup. Saya tidak bisa mengenalinya,”
“Berarti benar, itu pasti orang yang sama,” kata Beomgyu dengan napas beratnya. Teringat saat-saat ia dan Nara bertemu dengan sosok itu. Ia menyesal mengapa tak menghabisi sosok itu sebelumnya, karena Sona-lah yang akhirnya menjadi korban.
“Aku yakin itu orang yang berbeda,” kata Nara.
“Kenapa Anda seyakin itu?”
“Saya melihat sendiri siapa yang terus mengikuti saya, dan siapa yang saya lihat siang kemarin. Berbeda. Yang mengikuti saya itu badannya lebih tegap, besar, dan tinggi. Sedangkan yang kemarin terlihat lebih pendek dan kurus. Meskipun saya hanya melihat dari jauh, tapi saya yakin mereka tidak sama,”
Helllo para penduduk bumi!😉
Gimana part ini?
Maaf yaa kalau bahasa aku agak berlibet dan bikin pusing,,yaahh gitulah pokonya..
cerita ini cuma nurut imajinasi aku aja jadi maklumin aja wkwkkwk😅Ok see you in the next part!😉
-Ra-
KAMU SEDANG MEMBACA
Nap of a Star [END]✔
Fanfic[END] Dalam tidurmu, aku ingin bermimpi bersamamu. Selamanya. Seolah tidak terjadi apa-apa -Choi Beomgyu-