"Akar, udah gue bilang nggak usa--" Melody berhenti melontarkan kata, ketika melihat Mayang memasuki kamarnya.
"Aku bentar lagi turun, Ma. Kenapa Mama susulin ke kamar?" Melody merapikan seragamnya.
"May, hari ini kamu temenin Adnan, ya."
"Temenin ke mana, Ma? Kita 'kan mau sekolah."
"Nggak usah sekolah dulu. Kamu temenin Adnan, ya, May."
"Temenin? Akara udah gede, Ma, nggak perlu di temenin."
Mayang mendekati putrinya, mengusap sayang kepalanya. "Ini hari peringatan kematian orang tuanya. Biasanya setiap tahun kamu selalu menemaninya. Adnan akan susah makan dan enggan melakukan apa pun selain menatap nisan kedua orang tuanya. Jadi, Mama mohon kamu temani dan bujuk dia. Oma Kartika juga tak bisa berbuat banyak."
Melody menatap Mayang lekat. Nampak sorot kesedihan dan penuh harap padanya. Akhirnya Melody mengangguk.
"Maya lepas seragam dulu, ya, Ma."
"Hibur Adnan. Meskipun kamu tidak di perlakukan baik sama dia, tapi kamu tetap harus bersikap baik. Karena kebaikan akan abadi, sementara kejahatan hanya akan meninggalkan penyesalan setelah amarahnua usai."
Melody mengangguk lagi.
Seumur hidupnya Melody tak pernah mendapatkan nasehat yang lembit dari kedua orang tua kandungnya. Mereka lebih sering memaksa dan meminta hasil dari pada membimbing anaknya menjadi lebih baik.
Satu jam kemudian, di sini lah Melody. Memakai dress hitam sebawah lutut sambil memegang dua tangkai bunga mawar putih. Di bawah pohon buraksa.
Melody kira setidaknya Adnan akan mengeluarkan kata-kata untuk menyapa kedua orang tuanya, tapi tak kunjung mendengar sepatah kata pun.
Lelaki itu hanya menatap nisan kedua orang tuanya, tanpa melakukan apa pun. Bahkan memberikan bunga pun tidak. Sungguh aneh.
Adnan beranjak berdiri. Terlihat jalannya tak setegap biasanya. Melody yang melihat, menghadangnya.
"Ini kasih bunganya dulu!" Melody menyodorkan bunga yang ada di genggamannya.
Adnan melengos. Malas meladeni gadia di depannya.
"Ih, ambil aja, kenapa sih!" Melody meraih tangan Adnan, memaksakan tangkai bunga itu terselip di tangan yang terus mengepal.
"Ayo, gue temenin kasih ke mereka." Adnan menghempaskan tangan Melody begitu saja. Bersamaan dengan bunga yang ikut terjatuh.
"Kok lo buang!" Melody berkacak pinggang. Memungutnya kembali. "Bunganya cantik tau, pasti mereka bahagia di sana kalo lo ngasih ini."
"Bahagia?" tanya Adnan yang lantas di anggukin Melody.
"Gue di sini menderita."
Adnan hendak pergi. Namun sekali lagi, Melody berhasil menahannya. "Gue yang ngasih, lo nemenin gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
IDENTITAS PALSU
Random[Follow dulu, yuk biar lebih dekat 😊] ~Palsu tak selamanya menipu~ *** Apa yang begitu dinanti ketika usia kalian telah menginjak angka tujuh belas tahun? -Menambah koleksi mantan -Menorehkan banyak prestasi di sekolah -Pas ultah ngadain pesta besa...