IP-22

702 47 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dari sekian banyak skenario semesta, Melody tak menduga bertemu dengan kedua orang tuanya di situasi ini.

Plakkk!!

Tangan mulus nan lembut yang Melody harapkan memeluknya, malah melayangkan tampar yang begitu keras.

Menghadirkan luka yang tak pernah terbayangkan. Setitik embun mulai mengaburkan pandangan. Hatinya sesak mendapati kenyataan yang selalu berbanding terbalik dengan harapannya.

"Berani sekali kamu menyakiti anak saya!!" bentak Seera.

"Ma ...," lirih Melody sendu.

Seera tambah menatap sengit Melody kala mendengar panggil gadis nakal itu. Tangannya berkacak pinggang, "Mama? Oh, silakan panggil Mama kamu! Saya nggak takut!"

"Kalau saya punya anak seperti kamu, saya malu menampakkan diri di hadapan publik! Anak nakal seperti kamu hanya akan merusak citra keluarga!!"

Sepersekian detik jantung Melody berhenti berfungsi. Kata-kata Seera lebih menyakitkan dari pada sebuah timah panas menghantam dadanya. Lukanya tak akan usai, semuanya terekam jelas di ingatan.

"Ng-gak ... kayak ... g-gitu ... seb--"

"Saya tidak sudi mendengar penjelasan dari kamu!" Seera mendorong bahu Melody.

Bruk!

Tubuh Melody terhuyung menabrak meja nakas yang di atasnya ada vas bunga.

"Auww ...."

"MAYA!" pekikan histeris itu terdengar bersamaan dengan pintu ruang BK yang terbuka.

Mayang bergegas menghampiri putrinya yang sudah tersungkur ke lantai. "Tangan kamu?" Seketika tatapan Mayang beralih pada wanita ber-dress glamor yang berdiri di belakangnya.

"Kamu apa 'kan anak saya, hah?!"

Amarah Mayang tersulut, sejak putrinya lahir sampai sebesar ini tak sekalipun dia berpikir untuk menyakitinya. Bahkan terlintas dalam benak saja tidak, tapi wanita di depannya ini berani sekali berbuat kasar.

"Oh, Anda, ibu dari anak nakal ini!" Seera maju selangkah, netranya semakin menajam.

"Itu belum seberapa, kaki anak saya terluka dan dia terancam tidak bisa mengikuti cheerleader gara-gara anak Anda!"

"Memangnya sudah terbukti anak saya bersalah? Guru BK saja belum menjelaskan bagaimana kejadian sebenarnya, jadi Anda jangan asal menuduh!"

"Tidak perlu! Karena saya yakin anak Anda yang bersalah!" Tuding Seera berkeras hati.

"Tuduhan tanpa bukti itu fitnah! Anda bisa saya laporkan atas kasus pencemaran nama baik!"

Mayang di kenal sebagai ibu sosialita berhati lembut bak malaikat. Namun, jika ada yang berani mengusik keluarganya terutama menyerang anak semata wayangnya, maka macan pun kalah galaknya.

IDENTITAS PALSUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang