[Follow dulu, yuk biar lebih dekat 😊]
~Palsu tak selamanya menipu~
***
Apa yang begitu dinanti ketika usia kalian telah menginjak angka tujuh belas tahun?
-Menambah koleksi mantan
-Menorehkan banyak prestasi di sekolah
-Pas ultah ngadain pesta besa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hati Adnan di landa resah mengingat ucapannya yang terlampau kejam pada Maya. Seharusnya ia tak mudah menuduh seseorang tanpa bukti jelas.
Jadi lah sekarang ia sendiri yang kalang kabut mengkhawatirkan keadaan tunangannya itu.
Menatap balkon kamar yang berseberangan dengannya, Adnan gamang. Antara ingin menghubungi gadis itu atau menundanya hingga besok pagi. Namun lampu kamar yang temaram itu mengurungkan niatnya untuk meminta maaf.
Baru saja tangannya hendak menutup pintu balkon, siluet seseorang di bawah sana menarik perhatiannya. Tanpa berlama-lama, Adnan bergegas turun mengikuti ke mana perginya sosok itu.
Beberapa bulan mengenal kepribadian Maya baru membuat Adnan tidak lagi asing dengan gadis yang mengenakan jaket boomber kebesaran itu.
Adnan salah jika mengira Melody sudah tidur, buktinya gadis itu malah kelayapan tengah malam begini. Terlebih mengendarai sepeda motor dengan kecepatan di atas normal.
Membuntuti Melody dalam jarak aman, Adnan memerhatikan keadaan sekitar. Jalanan sepi yang hanya di terangi beberapa lampu jalan.
Adnan ikut menghentikan jalan, saat motor Melody berhenti di samping jembatan besar. Mengamati dalam diam, Adnan terhenyak mendengar semua jeritan hati Melody.
"KENAPA TAKDIRKU SELALU BURUK!"
"AKU HANYA INGIN BAHAGIA!"
"AKU HANYA INGIN DI SAYANG KEDUA ORANG TUAKU!"
Adnan semakin bingung di kalimat terakhir Melody. Bukannya Om Ghanni dan Tante Mayang sangat menyayanginya?
Netra Adnan membulat sempurna kala Melody memijak batas jembatan.
"Gila lo?!"
Adnan berlari lalu menarik tangan Melody. Jantungnya serasa hampir melompat jatuh mendapati kejadian barusan.
"LEPASIN GUE!" Melody meronta, meminta Adnan melepaskan rengkuhannya.
"Nggak, sebelum lo berubah pikiran!"
"Pergi! Gue nggak butuh kehadiran lo di sini!"
Adnan menyentak pelukannya, beralih memegang pundak Melody. "Apa untungnya bunuh diri? Ninggalin masalah di dunia, trus nambah masalah di akhirat? Itu mau lo?!"
"Bukan urusan lo!"
"Gue minta maaf atas sikap gue tadi. Gue janji nggak akan ngulangin lagi. Gue percaya sama lo. Please, jangan tinggalin gue." Adnan kembali memeluk Melody.
Sementara Melody tertegun. "Kalo lo lupa, kita tunangan pura-pura. Lo nggak ada hak ngelarang gue!"
Adnan membeku. Memang semua itu keinginannya, tapi seiring berjalannya waktu. Di tambah sikap Melody yang sekarang membuatnya nyaman. Tanpa sadar melupakan tujuan awal hubungan mereka.