IP-35

587 43 6
                                        

Di sini Adnan sekarang, menatap seorang pria paruh baya yang terbaring lemah di atas tempat tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sini Adnan sekarang, menatap seorang pria paruh baya yang terbaring lemah di atas tempat tidurnya. Raut wajahnya pucat, tubuhnya kurus dengan helaan napas berat yang terdengar memprihatinkan.

Ternyata memang benar, Kakek Maudy yang bernama Zein itu terkena stroke sejak satu tahun lalu.

"Tujuan saya ke sini ingin meminta restu Anda. Saya mencintai salah satu cucu Anda."

Kakek Zein sedikit memberi reaksi. Mulutnya hendak bergerak menanyakan sesuatu pada Adnan. Dengan sigap seorang asisten pribadi Kakek Zein yang sudah berkerja sebelum tuannya terkena stroke itu langsung menyodorkan sebuah note.

Susah payah, Kakek Zein menuliskan sesuatu di sana. Membuat Adnan memperhatikan setiap huruf yang tertuang di kertas itu. Hingga kalimat itu membuatnya mendongak, tatapan keduanya bersirobok.

Setelahnya, sang asisten meremas kertas itu. "Sudah saatnya, Kakek Zein beristirahat. Jadi sebaiknya pertemuan ini cukup sampai di sini."

Adnan yang mengerti, mengangguk. Informasi itu sudah cukup untuk sekarang. Sisanya akan ia cari tahu sendiri.

"Saya permisi."

Asisten itu mempersilakan dengan tangannya. Membukakan pintu keluar.

_0o0_


Ruang keluarga yang megah dengan pigura besar menampakkan tiga anggota keluarga yang terlihat harmonis itu terpasang cantik di bagian tengah.

Namun, suasana saat ini tak sehangat senyuman ketiga orang dalam foto itu.

"Bagaimana bisa kamu membiarkan orang asing menemui Kakek!"

Maudy tertunduk, tak menyangka ayahnya akan semarah ini. "Tapi ... Adnan bukan orang asing, Pa. Dia pacar Maudy dan dia berniat serius, makanya minta ketemu Kakek."

Rishaka terkekeh. "Dia memang menantu potensial untuk keluarga kita. Namun, Papa tetap tidak bisa percaya seratus persen pada remaja labil macam dia. Apa kamu tahu dia melangsungkan pertunangan dengan gadis lain?"

"Itu atas paksaan Omanya. Nanti kalo dia udah bisa pegang perusahaan sendiri, dia bakalan lepasin ikatan itu dan menjadi milik Maudy seutuhnya."

Rishaka berbalik, meraih kedua bahu putrinya lalu menatapnya lekat. "Jangan biarkan dia berpaling. Papa restui hubungan kalian, dengan syarat dia mau menuruti keinginan Papa setelah meresmikan hubungan kalian."

Maudy mengangguk. "Maudy nggak akan lepasin Adnan. Dia milik Maudy dan selamanya akan begitu."

Seera yang memerhatikan sejak tadi angkat suara. "Nanti Mama akan coba dekati Oma Adnan, kamu jangan sedih, ya."

Maudy merangsek ke pelukan ibunya. "Makasih, Ma."

"Pokoknya Mama akan lakukan yang terbaik buat kamu. Mama juga nggak rela kamu kalah sama cewek itu."

IDENTITAS PALSUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang