[Follow dulu, yuk biar lebih dekat 😊]
~Palsu tak selamanya menipu~
***
Apa yang begitu dinanti ketika usia kalian telah menginjak angka tujuh belas tahun?
-Menambah koleksi mantan
-Menorehkan banyak prestasi di sekolah
-Pas ultah ngadain pesta besa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Maudy menyedekapkan tangan di dada. Menatap Adnan penuh selidik. Minuman yang ada di hadapannya, ia biarkan.
"Aku tanya, ngapain kamu ada di sini?"
"Jenguk temen."
"Bener? Terus tadi ngapain cuma berdiri di depan pintu?"
Adnan tetap tenang. Wajahnya sama sekali tak menampakkan riak kekhawatiran. Memang julukan 'buaya' pantas di sandangnya.
"Lagi mastiin."
Maudy mengangguk, percaya. "Kenapa nggak jujur aja sih? Jadi aku nggak ovt karena kamu batalin kencan kita."
Adnan meraih tangan Maudy. Menggenggamnya erat. "Maaf," pintanya lembut.
Maudy menarik tangannya, kesal.
"Tapi aku masih kesel, ya. Jauh-jauh hari aku udah mikirin banyak hal yang bakalan kita lakuin. Eh, pas hari H nya, kamu batalin gitu aja!"
Menghembuskan napas panjang, Adnan kembali membujuk kekasihnya itu.
"Mau kamu apa?"
Maudy menyunggingkan senyuman manisnya.
"Beliin tas inceran aku," kata Maudy sembari menunjukkan gambar tas di layar ponselnya.
Tanpa berpikir panjang Adnan membayarnya. Harga tas itu tak seberapa di banding kelangsungan hubungannya dengan Maudy. Selain Oma Kartika, Maudy adalah bagian terpenting hidupnya.
Maudy, seseorang yang mau menghampirinya dan mengajaknya bermain ketika semua orang menjauhinya. Sejak itu pula, Adnan menganggap Maudy separuh napasnya.
Namun, kehadiran Maya sempat merengangkan hubungannya. Maya mengira dialah yang pertama mengenalnya, padahal jauh sebelum pertemuan mereka, Maudy lebih dulu ada di sisinya.
***
Setelah Ayla tidur, Melody langsung berpamitan. Melody keluar dari kamar rawat Ayla.
Niatnya yang ingin pulang terhenti kala mengingat sesuatu. Berbelok menuju nurse station, Melody menanyakan tentang dokter yang merawatnya saat koma.
"Dokter Seno kebetulan sedang praktik hari ini. Ruangan beliau ada di lorong sebelah, kanan dekat poli anak."
"Makasih, Sus."
Melody mengikuti arahan suster tadi. Rasa penasarannya masih terus menghantui. Siapa gerangan orang yang membawanya ke Indonesia?
Pasti ada rahasia besar di baliknya. Terlebih Maya menghilang bagai di telan bumi. Bersih, tanpa jejak. Satu hal yang Melody curigai, orang misterius itu mempunyai kuasa hingga mudah baginya memanipulasi keadaan.
Sepanjang jalan Melody mengamati setiap orang yang di temuinya. Dalam film atau novel, biasanya penjahat atau orang suruhannya suka melakukan penyamaran.