[Follow dulu, yuk biar lebih dekat 😊]
~Palsu tak selamanya menipu~
***
Apa yang begitu dinanti ketika usia kalian telah menginjak angka tujuh belas tahun?
-Menambah koleksi mantan
-Menorehkan banyak prestasi di sekolah
-Pas ultah ngadain pesta besa...
Hai apa kabar semua? Semoga sehat dalam perlindungan Allah SWT.
Buat pemanasan word-nya sedikit aja. Biar nggak bosen hehehe ....
Happy reading!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dari novel yang pernah Melody baca, biasanya sang pemeran utama mengalami amnesia sehabis koma. Lalu mengapa dalam kasusnya berbeda?
Bukan maksudnya Melody ingin lupa ingatan. Hanya saja, sangat mengejutkan mendapati wajahnya berubah. Di pandangi sekali lagi pantulan wajah di cermin itu.
Siapa dalang di balik perubahannya? Melody meraba wajahnya saat ini. Mulus tanpa pulau seribu!
Huwaaa … coba aja lo cermin ajaib, pasti gue udah minta balikin wajah gue yang dulu! Meskipun burik tapi wajah alami bukan hasil operasi!
"Maya, lihat siapa yang Mama bawa." Mayang membuka pintu dengan senyuman lebar.
Melody mengangkat kepalanya. Bingung harus memberikan respon apa. Kaget, senang atau heboh?
"Masya Allah. Maya, cucu mantu Oma! Gimana keadaan kamu, nak?" Seorang nenek-nenek berpakaian kebaya dengan rambut di sanggul masuk.
Melody cukup terkejut mendengar panggilan yang di layangkan untuknya, ralat untuk Maya. Alhasil, senyuman kakulah yang keluar.
"Oma buatin bubur ayam buat kamu. Di makan, ya. Biar badannya berisi lagi. Oma nggak tega liat kamu terbaring di sini terus." Setitik air mata meluncur bebas di pipi keriputnya.
"Oma, jangan … nangis. Aku … udah baik, kok."
Melody jadi teringat neneknya dulu. Beliau juga selembut nenek di depannya. Sayang, beliau sudah meninggal tujuh tahun lalu.
Kan, ia memang tidak kehilangan ingatan. Buktinya ia masih ingat kapan neneknya meninggal.
"Syukur lah. Semoga kamu bisa cepet pulih. Oma kangen kamu manja-manja sama Oma."
"Oma, Maya lupa ingatan," kata Mayang mengingatkan.
Kartika menepuk pahanya. "Oh, iya, Oma lupa. Maaf ya, sayang. Oma lupa kalau kamu nggak inget apa pun."
Kartika meraih tangan Melody, lalu mengusapnya. "Kenalin, nama Oma, Kartika. Rumah Oma di sebelah rumah kamu. Dan, satu lagi. Kamu udah tunangan sama cucu laki-laki Oma."
"Adnan cucu Oma, masuk sini!" Kartika melambaikan tangan. Di susul kemunculan sesosok laki-laki berperawakan tinggin nan gagah.
Di tempatnya Melody shock hebat. Rasanya ia ingin lenyap sekarang juga.
Takdir macam apa ini? Apa benar ini dunia nyata? Atau Melody kesasar bangun di cerita novel?
Tatapan Melody akhirnya mengarah pada laki-laki yang katanya tunangannya itu. Bukan lebih tepatnya, tunangan gadis bernama Maya.
Kulit putih, hidung mancung, alis tebal dan bibir tipis yang senantiasa terkatup. Itu lah kesan pertama yang Melody tangkap dari laki-laki di depannya. Persis patung!
"Nah, cucu Oma ini namanya Akara Adnan Adhiwangsa. Dia tunangan kamu." Kartika begitu antusias memperkenalkan keduanya.
"Adnan, bantu Maya buat inget semuanya lagi, ya. Tante berharap banget sama kamu."
"Ma, makan." Awalnya Melody amat canggung memanggil orang lain dengan sebutan 'mama' tapi apa boleh buat. Keadaan tubuhnya yang belum fit memaksanya melakukan aksi pura-pura.
"Kamu belum makan, ya? Maafin Mama karena pergi pagi-pagi banget tadi." Mayang langsung memposisikan diri di samping ranjang Melody. Bersiap menyuapkan bubur pada Melody.
Di belakang Mayang, Kartika memberikan kode pada Adnan untuk berinisiatif menyuapi Melody.
Adnan menghela napas. "Tante,"
"Iya, Adnan kenapa?"
"Adnan aja," Tangan Adnan bergerak meraih mangkuk bubur itu dari Mayang.
"Ah, perhatian banget kamu. Nggak salah Tante pilih kamu buat dampingin putri Tante." Mayang bangkit, memberikan tempat pada Adnan.
"Sayang baik-baik sama Adnan. Mama sama Oma Kartika tinggal dulu." Mayang menggandeng tangan Kartika sambil melangkah keluar ruangan.
Melody menggerutu. Niatnya supaya terbebas dari tunangan Maya malah berakhir sebaliknya.
Satu suapan bubur masuk ke mulutnya. Baru beberapa detik menguyah, rasa bubur itu berubah hambar.
"Manja."
Kalau bukan karena tenaganya masih lemah, bisa di pastikan cap tangannya sudah tercetak jelas di wajah songong lelaki di hadapannya ini.
"Status tunangan kita sebatas di depan orang tua. Selebihnya, kita bukan siapa-siapa."
Melody melotot. Benar-benar ya, laki-laki ini turunan dakjal!
Belum apa-apa Melody sudah kena tekanan mental!
Ya Tuhan, tolong enyahkan makhluk menyebalkan ini dari hadapannya!
Tunangan, ya? Tunangan iblis itu julukan yang tepat untuknya.
_______
Ayo dong vote jan jadi pembalap alias pembaca gelap.
Ramein sama komenan juga biar seru dan aku makin semangat update-nya.
Sampai jumpa di part selanjutnya😘
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.