IP-29

371 24 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Melody, foto bareng yuk!" Seorang gadis memakai sweater maroon melambaikan tangan.

Melody yang semula duduk santai memandangi danau di depan sembari meminum teh nya, bangkit.

Sebenarnya ia jarang sekali berfoto, tapi karena yang meminta salah satu orang tersayanganya jadi tak apa.

Kedua gadis itu pun berfoto dengan pengandangan sungai yang indah itu. Senyuman yang terukir di bibir Melody lenyap kala tubuhnya terdorong ke belakang.

Gelap. Semuanya berubah gelap dalam sekejap. Bibirnya yang terbuka meminta tolong tak mampu mengeluarkan sebuah suara.

Tangannya yang melambai, berusaha meraih sesuatu untuk di jadikan pegangan hanya bergoyang-goyang lemah di tengah air.

Sungai yang indah di permukaan itu menenggelamkannya. Membawanya hanyut dalam kelamnya.

Air yang terlihat tenang tanpa riak itu lebih menakutkan. Di balik ketenangannya mampu menghanyutkannya.

"HAH!!"

Melody terlonjak bangun. Tangannya meraba lehernya. Napasnya menderu, mimpi barusan membuatnya takut.

Saat kepalanya memutar ingatan tentang mimpi tadi, kepalanya di serang rasa sakit yang teramat sangat. Meraba nakas, membuka laci pertama, Melody menemukan obat yang masih rajin di konsumsinya.

Keluar rumah sakit dalam tempo waktu yang singkat bukan semata-mata ia sembuh total. Masih ada beberapa obat dan perawatan yang harus ia jalani. Terlebih ingatannya belum pulih seluruhnya.

Sesi konsultasi dengan psikolog pun telah ia lakukan. Namun, memori itu seolah ia kubur dalam-dalam bersama kecelakaan itu hingga sulit muncul ke permukaan.

Menurut penuturan psikolog itu, ingatan yang di lupakannya sangat mengguncangnya. Membuatnya enggan mengingat atau bahkan berusaha menyangkalnya. Kebanyakan kasus ini berpusat pada suatu hal yang tak mampu di terima si pasien. Parahnya, si pasien menolak fakta itu.

"Sebenarnya gue kenapa? Arghh!" Melody memegangi kepalanya yang semakin berdenyut kuat.

Masih kalut dalam pikirannya sendiri, tiba-tiba suara dering ponsel mengusiknya.

Akara:

Knp bngn?

Melody melongo. Menatap sekeliling yang remang-remang karena hanya ada cahaya dari lampu tidur.

"Akar liat gue? Kok bisa? Apa matanya setajam elang?"

Akara:

Jngn ngmng sndri. Bls.

Melody rasanya ingin berteriak kencang. Kalau tidak ingat ini tengah malam.

Kelakuan Adnan benar-benar menyebalkan. Seperti seorang penguntit. Mengamati pergerakannya setiap saat. Membuatnya terkekang!

IDENTITAS PALSUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang