L I M E R E N C E [ 3 ]

515 37 1
                                    

"Pantaskah jika suatu kebetulan terjadi secara berulang-ulang? Bahkan di antara kita sudah tiga kali terjadi, bisakah kamu beri toleransi?"
~Adhyastha Adelio Cetta

Malam hari pukul 20.00 waktu Indonesia bagian barat.

Setelah memelas dengan pacar Serda Lilo, komandan meneleponku memberitahu supaya cepat pulang. Tentu saja aku menurut. Begitu sampai di asrama, surat pemberitahuan tugas sampai di tanganku. Aku bersama beberapa prajurit lain akan diberangkatkan misi menjaga perbatasan mulai lusa.

WhatsApp

Dede Anggi

Bukan. Dia bukan Anggie temannya Yasmine yang kemarin mengendap-endap di gerbang asrama.

Adikku ini, Anggita.

De, Aa lusa brgkt tugas ke perbatasan.

Besok Dede ulang tahun, kn?

Oh, iya. Aa hati-hati di sana. Bawa pulang kmenangan. Klau ada wktu luang buat telepon, kabari nya. Dede sm ibu baik-baik di sini.

Iya, Aa mau kasih sesuatu?

Aa akan jga diri di sana. Jgain ibu nya... klau ada apa-apa kbarin Aa juga.

Dede mau kesini nganter Aa brgkt tugas? Eh, tpi jauh ya... ndak ush deh ya hehe. Klau dket mah… Aa izinin.

Besok Aa krim hadiahnya

Iya jauh Semarang nya:’)

Dede tunggu hdiahnya hehe.

Eh A, mau vicall ndak? Ini ada ibu nih... bneran.

Aku tampak antusias.

Boleh, Aa vicall nya!

Secepat kilat aku memencet tombol panggilan video. Tidak sampai satu detik, Anggita menerimanya. Terpampang wajah ibu dan Anggita di layar ponselku.

"Assalamu 'alaikum Ibu, Dede," sapa salamku mendahului mereka.

"Wa'alaikumussalam, A."

Ibu menatapku sendu. Terlihat jelas sekali melalui layar ponselku. "Ibu kenapa?" tanyaku, khawatir.

Ibu menggeleng kecil. "Tidak, A. Ibu hanya terharu saja. Masih ndak menyangka saja. Kamu sudah besar sekarang. Sudah jadi tentara begini saja Ibu bangga banget sama kamu, A. Jadi Komandan Peleton pula, A. Ya Allah," ungkap beliau menggebu-gebu.

Aku menatap ibu lekat. Perlahan, cairan bening itu keluar dari ujung mataku. Aku mengusapnya. "Muhun, Ibu."

Kulihat ibu juga menitikkan air mata. "Sayangnya Bu," gumam Anggita cemberut. Ibu menoleh ke samping dengan alis mengerut.

"Sayangnya kenapa, De?" tanyaku, keheranan.

Anggita menengadah, menampakkan wajah menyebalkannya. "Sayangnya A Adhy masih jomlo sampai sekarang!" pekiknya semangat sekali. Heran. Merusak suasana saja.

Limerence [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang