L I M E R E N C E [ 2 0 ]

178 12 2
                                    

"Sebuah kesalahan terbesar ketika seseorang terjebak di dalam masa lalu."

~Adhyastha Adelio Cetta

3.676 mdpl. Merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan puncaknya Mahameru. Letaknya di Jawa Timur. Gunung ini berada di antara dua kabupaten yaitu Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang. Dalam suhu empat derajat celsius, rasanya dingin dan puncaknya sampai diselimuti kabut tebal.

Tingginya pepohonan di trek masuk hutan membuat aura seram menyelimuti. Bahkan sinar matahari tak dapat banyak masuk. Seluruh pohon itu tumbuh sangat lebat. Sungai-sungai yang menemani, airnya mengalir deras dan jernih. Bebatuan besar telah menjadi sasaran empuk untuk air itu menghantamnya. Burung-burung saling
menyahut di atas pepohonan. Sabana yang luas dan indah karena tumbuhnya bunga edelweis menambah estetika. Angin kencang yang menerbangkan ilalang, juga helaian rambut seluruh gadis yang tengah menapakkan kakinya di sana.

Rombongan itu berjalan bersama. Rombongan yang hanya terdiri dari sepuluh orang. Mereka adalah teman-teman sekelasku selama dua tahun terakhir. Langkah kakiku menapak bersama
sahabatku, Petter. Baru menempuh setengah jalan, kami memutuskan untuk beristirahat setelah beberapa kali berhenti.

Setelah melewati lereng bukit yang banyak di tumbuhi bunga edelweis pemandangan indah terpampang jelas di depan mata. Dari ketinggian 2.400 meter Ranu Kumbolo berada dengan air bersih, ikan, dan kadang burung belibis liar. Matahari yang terbit di sela-sela bukit menambah keindahan ketika di pagi hari. Petter berjalan lebih dulu. Dia melempar tas ranselnya ke arahku. Melepaskan sepatunya tergesa juga kaus kakinya, lantas dilemparnya pula sembarang. Ketika kakinya sampai di tepi danau, dia melompat penuh semangat.

Jeburr!

Petter menyelam ke dalam danau. Tidak, dia tidak akan berenang terlalu jauh. Hanya di pinggiran saja. Dia senangnya bukan main. Aku dan teman-teman lain mulai mendirikan tenda. Kami akan bermalam
di sini. Pendaki lain pun ada beberapa yang memutuskan demikian.

Ketika kami yang didominasi oleh cewek mulai kesusahan, Petter naik ke daratan. Dia membantu mendirikan tenda yang masih belum jadi. Lambat laun, matahari mulai turun. Tidak ada lagi cahaya yang menerangi kami. Kami putuskan membuat api unggun untuk menemani malam indah dengan langit bertabur bintang. Tak ada
bulan, hanya beberapa pesawat yang lewat karena terlihat lampu merah berkedip.

Rasa kantuk belum menyerang, kami sepuluh orang menyajikan beberapa camilan dan minuman untuk permainan malam ini. Di tengah gejolak api unggun, kami mencari kehangatan. Baru setengah
permainan berlangsung, aku langsung menerima hajat. Kucolek lengan Anggie. Dia menyahut bingung. Sekilas kubilang 'toilet' saja dia langsung paham. Tanganku meraih pergelangan tangannya mengajaknya berdiri. Petter dan Yasmine menoleh bersamaan, lantas disusul teman-teman yang lain. Mereka memberi pesan untuk hati-hati dan cepat kembali.

Tepat pukul dua puluh satu lebih lima menit waktu Indonesia barat. Kubiarkan Anggie menunggunya di depan pintu. Masih anteng di dalam toilet umum, aku serahkan hajatku. Tak sampai sepuluh
menit, aku keluar. Tak kudapati batang hidung Anggie di depan pintu. Tak kudapati seorang pun di sekitar toilet umum ini. Langkah kakiku bolak-balik di depan deretan toilet. Jari-jariku bertautan tak beraturan. Lampu remang yang menyinari tempat ini tak membuatku takut. Jika
Anggie saja kutunggu selama ini tak kunjung kembali, mungkin dia telah kembali ke tenda lebih dulu. Sungguh kuingin memprotes tak bisa kulontarkan untuk sekarang.

Tiga langkah saja, kakiku menapak sebuah bebatuan. Tali sepatuku terlepas. Aku berjongkok membenarkannya. Tak perlu
memakan banyak waktu, aku kembali menengadah. Mataku bertemu dengan seorang perempuan cilik berponi. Dia mengenakan gaun pastel yang sangat indah. Mata bulatnya lucu dengan hidung mungil yang putih. Aku mencolek pipinya pelan. Dia tersenyum manis. Sembari berjalan beriringan dengannya, selama itu pula aku tak kunjung sampai. Pemandangan beberapa tenda tak bisa kulihat melalui mataku. Aku kehilangan itu.

Limerence [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang