"Berbuat baiklah kepada semua orang tanpa henti. Sampai mereka sadar, bahwa membalas kebaikan itu perlu."
~Petter Marlino Adeliem"Dia itu siapa?" tanya bunda penasaran.
Ayah mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Ayah tahu sekarang. Dia bermuka dua, Bun. Kita harus bertindak cepat. Kasihan adik Ayah juga, Ratna. Bunda ajak aja dia ke sini, tinggal sementara aja dulu di sini. Reno berbahaya, Bunda."
***
Pukul 10.00 WIB. Waktunya istirahat pertama. Deeva bersama temannya berkumpul di kantin. Ini kali pertama dirinya ikut ngantin bareng Anggie dan Yasmine. Sebelumnya dia hanya bersama Petter. Sampai gumoh juga, Yasmine lagi-lagi membahas tentang tentara.
"Kamu kok betah sih temenan sama dia, Nggi?" tanya Petter tak paham kondisi.
Muka Yasmine memerah padam. "Lu apa-apaan dah Pet! Gak usah gitu napa ih ... Anggi selalu illfeel ke gue, iya gue tahu kok," curhat Yasmine gregetan.
Petter kalap. Tangannya refleks menyatu untuk meminta maaf. "Sorry, aku kan cuma nanya."
"Dahlah. Kalian bahas apaan sih? Mending makan nih ... keburu dingin," leraiku tak suka topik yang enggak penting. Ya lagian, ngapain hal begituan dibahas. Ketika sesuap sendok itu hampir saja masuk ke dalam mulutku, sesuatu mengalihkan perhatianku. Alhasil sendok itu mengambang di udara tepat di depan mulutku yang menganga lebar. Mataku sedikit memicing melihat objek yang lumayan jauh dari penglihatanku. Kurasa hampir blur karena mataku mungkin minus. Merasa cukup jelas, aku terlonjak kaget. Objek itu adalah om Reno. Kalian pasti mengingatnya. Kurasa terlalu berat mengingatnya, karena kalian salfok mulu sama Letda Adhy. Bukan figur om Reno yang membuatku kaget, namun aktivitas yang dilakukannya bersama seorang siswi di sebelahnya. Entah kenapa siswi tersebut menutup mulutnya sambil memegangi perut yang mulai terlihat buncit. Dari kejauhan pun aku tahu sejak dari koridor kelas dia terus menutupi mulutnya. Mungkinkah dia ingin muntah? Atau dia hamil? Lalu siapakah yang telah menghamilinya?
Kamu?
"Lo kenapa Dev?" tanya Anggie terheran-heran melihat ekspresiku yang tak biasa. Anggie mengikuti arah pandangku, namun secepat kilat aku menatap pemandangan lain, tepat di pemandangan ketua osis yang sedang merokok di pojokan kantin. Pandangan Anggie beralih ke depan. "Ya elah Dev! Gitu aja kaget lu. Dah biasa kali cowok macem dia ngerokok. Lo liatin ketos kita, kan?" terka Anggie.
Aku tersenyum kikuk. Dia salah. "Kayak enggak pernah liat gituan aja lo, Dev," kekeh Yasmine meledekku. Kepalaku mengangguk patah sambil menyengir. Pikiranku tak fokus setelah melihat objek seheboh om Reno. Aku mencuri pandang ke arah di mana mereka berdiri, namun sudah tak ada lagi. Mungkin om Reno membawanya ke toilet.
Sebelum benar-benar kehilangan jejaknya, aku mendorong kursiku ke belakang. Kakiku melangkah keluar dari kolong meja.
"Aku ke toilet bentar."
Anggie dan Yasmine mengangguk saja. Mereka tak merasakan kejanggalan sama sekali. Benar jika keduanya percaya dengan alihan pandanganku tadi.
Petter mengernyitkan dahinya. Dia fokus memandang ke mana larinya batang hidung Deeva. Ketika tubuh itu mulai berbelok ke arah kanan di mana toilet berada, Petter menghela napas panjang.
Bener deh kalau ke toilet, batin Petter tampak kurang percaya.
***
Aku menyusuri koridor kelas 10. Mencari-cari keberadaan toilet dekat kantin barusan. Aku cari-cari toilet dan hasilnya hanya toilet sebelah kelas 10 IPS 4. Penuh keyakinan, aku mulai masuk ke toilet. Baru satu langkah kaki kiriku masuk, samar-samar kudengar suara mual seseorang. Jadi benarkah siswi itu tengah hamil?
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence [Selesai]
RomanceLIMERENCE. Sebuah kata yang menggambarkan arti 'tergila-gila dengan seseorang'. Kisah tentang keluarga, cinta, sahabat, agama, dan kehormatan. Adeeva Afsheen Myesha. Kerap disapa 'Diva' oleh teman-temannya kecuali dari sang pacar. Dia adalah gadis r...