So What?

938 154 33
                                    


Kyungsoo putus harapan. Setelah berulang kali menyatakan, kini akhirnya harus melupakan. Semua rasa yang sudah ia simpan selama delapan tahun dirinya hidup, memberikan semangat Kyungsoo putus harapan. Setelah berulang kali menyatakan, kini akhirnya harus melupakan. Semua rasa yang sudah ia simpan selama delapan tahun dirinya hidup, memberikan semangat baru saat dirinya lelah akan keras sikap ayah dan ibunya.

Kyungsoo hanyalah remaja pada umumnya. Remaja yang haus akan pengetahuan dan pengalaman, rasanya akan sangat menyenangkan jika mendengarkan langsung dari kedua orang tua.

Tapi nyatanya, bagi Kyungsoo itu adalah hal yang hingga saat ini masih menjadi cita-cita terbesarnya.

Orang tua Kyungsoo adalah pengusaha sukses dengan beragam relasi di luar negeri. Meninggalkan Kyungsoo adalah rutinitas yang tidak mungkin untuk ditinggalkan.

Setiap Natal atau tahun baru, mereka akan berada di rumah hanya untuk mengerjakan dokumen yang sama. Dokumen yang selalu mereka nomor satu kan, setiap hari, sepanjang tahun.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan? Dunia ini terasa sangat buruk bagiku. Bukankah lebih baik aku mati saja?" Kyungsoo tersenyum pahit, tetap tak mengubah pandangannya terhadap seorang Park Chanyeol. Yang saat ini tengah menatapnya khawatir.

Mengapa baru sekarang mata itu memancarkan kekhawatiran?

Bahkan saat dirinya mengancam untuk mengakhiri hidup, wajah lelaki itu terlihat acuh dan bahkan tak menganggapnya serius.

Mengapa ketika ia sudah berada di pembatas jembatan baru Chanyeol melakukannya?

Apakah ia memang pantas dikasihani?

Tatapan itu bahkan lebih menyakitkan bagi Kyungsoo. Ia ingin sekali bertahan, tapi ketika melihat seorang gadis yang ikut menatapnya khawatir di belakang Chanyeol membuatnya ikut tersadar akan satu hal.

Tatapan itu hanyalah tatapan seorang yang memiliki rasa manusiawi.

Ketika melihat orang lain ingin mengakhiri hidup.

Kyungsoo hanya tersenyum miris. Pandangannya sudah tertutupi oleh air mata.

"Kyungsoo, dengarkan aku... Kau akan baik-baik saja." Chanyeol mengulurkan tangannya yang bergetar, mencoba mendekat satu langkah untuk menggapai Kyungsoo.

"Berhenti disana." Kyungsoo menunjuk Chanyeol untuk berhenti bergerak.

"Aku sengaja mengundangmu kemari. Untuk mengingat wajahku untuk terakhir kali Park." gadis itu berujar dengan lirih.

"Ibuku, ayahku termasuk dirimu sudah tak berharga lagi bagiku. Kalian semua sama... Sama-sama menghancurkan diriku secara perlahan." Tertawa, namun disaat bersamaan gadis itu menangis dengan keras.

"Bahkan hatiku sudah tak berbentuk. Aku hancur... Sendiri." Kyungsoo menepuk dadanya dengan keras.

"Aku mohon Kyungsoo, kita bisa bicarakan ini dengan tenang. Jangan gegabah." Kyungsoo meletakkan telunjuk di bibirnya yang pucat. Mengisyaratkan bagi Chanyeol untuk diam.

"Tidak. Terima kasih. Jaga dirimu baik-baik Park Chanyeol." Kyungsoo tersenyum getir sekali lagi, menghapus air mata untuk kembali melihat seseorang yang dulu sangat berharga baginya.

Kyungsoo melompat dengan kedua tangan yang terbuka.

Akhirnya ia bisa merasakan kebebasan yang sesungguhnya. Sebelum rasa sakit menghantam tubuhnya yang terjatuh ke dalam air danau yang dingin.

Tanpa ia sadari, ia sudah terjatuh bersama seseorang yang ikut memeluknya.





***

"Bisakah kita pergi sekarang?"

"Belum saatnya."

"Lalu apa? Apa yang harus aku lakukan supaya cepat pergi?"

"Bukan sekarang."

"Yakk!!"

"Diamlah! Nanti Seojun Ssaem mempergoki kita bodoh!"

Kyungsoo menatap malas seorang lelaki yang menggenggam pergelangan tangannya. Ia tak pernah perduli jika harus berjemur pada jam istirahat, atau mendapatkan masalah yang besar.

"Aku tidak perduli. Minggir!" Kyungsoo mendorong pemuda tadi hingga ia tersungkur, tanpa rasa bersalah Kyungsoo menampakkan diri langsung di depan gurunya.

"Wahh... Princess ini sudah bosan di hukum? Hmm?!" Kyungsoo menyentuh telinganya yang berdengung karena mendengar teriakan dari Seojun Ssaem, guru laki-laki paling hot di sekolahnya.

"Kau sendiri? Perasaan aku melihat orang lain tadi." Kyungsoo menyangkalnya, memilih untuk segera menarik guru yang sudah ia anggap sebagai kakaknya itu untuk menjauh dari sudut sekolah.

Tempat seorang Park Chanyeol berada.




***


"Uhukkk uhukk... Yakk Kyungsoo! Bangun bodoh!" Chanyeol menepuk pipi Kyungsoo yang terasa dingin. Beruntung ia adalah perenang yang baik, sehingga dalam waktu singkat ia bisa menarik Kyungsoo ke pinggir danau.

"Kyung? Soo?! Bangun!!" Chanyeol panik ketika tidak merasakan napas atau denyut nadi yang selalu ada meskipun gadis itu berulang kali mencoba menceburkan diri ke danau.

Setelah ia mencoba memberikan pertolongan pertama, gadis itu kembali bernapas meskipun dengan susah payah. Denyut nadinya kembali meskipun sangat lemah.

Ini bukanlah yang pertama. Kyungsoo bahkan sudah mencoba banyak hal untuk mengakhiri hidupnya, tapi selalu gagal.

"Kyung... Soo..." Chanyeol menemukan sebuah bekas suntikan. Di pergelangan tangan sebelah kiri, lengkap dengan bekas kebiruan yang melingkar disekitarnya.

Chanyeol memilih untuk menggendong Kyungsoo dengan segenap tenaganya yang tersisa. Mencari telepon umum dan langsung mengikuti Kyungsoo menuju rumah sakit.

"Ini bukan kesalahanmu Chanyeol. Kyungsoo, entah apa yang harus kami perbuat lagi padanya." Chanyeol tersenyum miring di depan ruang gawat darurat.

Mendengar hal paling konyol dari mulut kedua orang yang selama ini menyandang status sebagai orang tua dari Kyungsoo.

"Tentu saja bukan salahku! Ini adalah kesalahan kalian! Sudah aku katakan berulang kali, jika kalian tak mampu menjaga Kyungsoo biarkan aku saja yang menjaganya! Kali ini... Ia bahkan menggunakan racun. Ia benar-benar ingin mengakhiri hidupnya." nada Chanyeol yang semula menggebu melemah seiring ujung kalimat yang ia katakan.

"Tapi, aku juga tidak bisa melepaskannya begitu saja Chanyeol..." Nyonya Do mulai menangis tersedu.

"Air mata itu, menunggu Kyungsoo sekarat baru muncul bukan? Cih, setelah berulang kali Kyungsoo ingin mengakhiri hidupnya... Baru kali ini kalian melihat Putri kalian? Selamat!! Kalian adalah orang tua yang hebat!!" Tuan Do hanya menundukkan kepala, ingin rasanya ia menyangkal. Tetapi apa yang dikatakan oleh Chanyeol adalah kenyataan.

"Keputusanku sudah bulat. Aku sudah bersabar dengan semuanya. Suka atau tidak... Kyungsoo tetap bersamaku." Nyonya Do kembali terisak dengan keras, menenggelamkan diri ke dalam pelukan Tuan Do yang juga tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. 









Part 1 Done.

Btw mau Sad End atau Happy End?

Angel (drabble or oneshoot Chansoo )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang