Kali ini Dewi Fortuna sedang berada di pihak saya. Entah bagaimana, tapi balok es tak segan mengikuti kaki ini menuju Kedai Mang Ucup diseberang jalan. Saya tidak peduli entah dia lapar atau tidak. Yang penting saya berada pada kuadran yang sama. Meski hati belum sepenuhnya. Tapi saya yakin akan secepatnya.
"Kamu mau pesan apa?" Tanyaku senyum-senyum.
Dia diam layaknya balok es. Yah, dia memang selalu seperti itu. Rasanya seperti sedang bersama robot ciptaan manusia. Menyebalkan, tapi kehadirannya begitu saya nantikan.
"Loh, Mas Angkasa mau pesan apa? Sudah lama ndak kelihatan mas." Kata Mang Ucup dari balik kedainya.
"Gado-gado sama es teh satu yang Mang"
"Siap Mas, lah embaknya tidak sekalian Mas?"
"Enggak Mang, dia lagi puasa." Balasnya.
Ternyata salah lagi. Ini adalah kedai langganan si balok es. Pantas saja dia mengikuti dengan pasrah. Saya pikir hatinya sudah leleh karena saya panaskan. Ternyata beku lagi. Sepertinya kehabisan gas elpiji. Mana saya lapar lagi. Malah dibilang puasa. Mana sudah ngangguk lagi sama Mang Ucup kalo lagi puasa. Mampus nggak tuh. Sudahlah, yang penting saya masih bisa menikmati makhluk tampan yang sedang makan. Alhamdulillah kenyang.
Setibanya di kos, saya berniat mengeluarkan buku catatan. Eh, tiba-tiba terdapat bungkusan berwarna putih yang sedikit bulat. Tapi tidak sepenuhnya. Astaga, ini gado-gado. Ternyata Si Balok Es tidak jahat. Dia hanya belum siap saja hihi. Percayalah, ini menjadi gado-gado terenak sedunia.
Malang, saya senang.