Kamu dan Setelahnya

93 8 26
                                    

From Angkasa :

P

Kutunggu di tempat makan dekat stasiun.

Manusia paling tidak bisa diprediksi. Hilangnya tiba-tiba, datangnya tanpa aba-aba. Kacau dibuatnya. Tak menyangkal, senyum tipis mampu menghiasi wajah sore ini. Pesan darinya yang begitu (dan akan selalu) singkat, padat, dan mudah dipahami membuat sukma berseri-seri.

Sayang, waktu sedang tidak merestui. Saya tumbang hari ini. Sudah sedari malam suhu tubuh meningkat tak karuan. Menunjuk angka 38 (dalam celcius) yang artinya saya sedang tidak normal sekarang. Entahlah, mungkin karena terlalu banyak yang dipikirkan. Salah satunya manusia yang mengirimi pesan dadakan beberapa menit silam.

To Angkasa :

Maaf, Sa. Aku lagi gabisa keluar hari ini.

Maaf yaa..

Besok deh kita keluar.

Janji...  [Read]

Manusia dengan predikat terkejam di dunia tentu saja dia pemenangnya. Rasanya ingin sekali menamparnya dengan dua botol kokakola. Biar tahu rasa, bagaimana jika pesannya hanya diread saja. Dasar calon penghuni neraka!

"Go F00d...!"

Saya menuju sumber suara. Menemukan sosok paruh baya dengan jaket hijau kebanggaannya.

"Ini mba, cepat sembuh ya!" Kata laki-laki itu kemudian berlalu.

Perlahan saya membukanya. Tidak ada yang spesial dari makanannya. Bahkan terlampau biasa saja. Hanya saja sticky notes pink dan tulisan yang saya teramat mengenalnya.

'Cepat sembuh, bawel!'

Tiga kata yang mampu membalikkan dunia saya. Seketika semuanya berbeda. Kaki yang terasa pegal, kini menjadi tegar. Kening yang semula panas, kini teramat memanas.

Sa, jika saya dilahirkan kembali, saya tetap akan memilih kamu sebagai setelahnya. Kali ini tidak bercanda.

Selaksa WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang