Tak Lagi

129 15 3
                                    

Tidak seperti biasa. Bukan seperti saya. Malam tak lagi menyeramkan. Angin tak lagi merobohkan. Guyuran air dari langit pun tak lagi membosankan.

Pertama kali telinga saya mencerna alunan nada-nada kuno. Melewati gang-gang sempit dengan pernak-pernik antik. Sesekali menatap dan mengusap. Semua lucu, tak seburuk itu.

Rasanya bukan tempatnya. Rasanya bukan juga  suasananya. Melainkan, makhluk hidup disamping saya. Ia terlampau imut saat bertahan hidup. Menghirup banyak-banyak oksigen dengan urut. Tak seperti saya, yang mati-matian menahan tegangan. Mengumpulkan kepingan hepar yang sudah berhamburan.

"Pulang!" Katanya

"Enggak mau. Enak disini."

"Entar hujan lagi. Entar sakit."

"Siapa yang sakit?"

"Lo."

"Ulangi lagi dong. Kurang keras tadiii", saya merengek menggodanya.

Seperti biasa, makhluk itu hanya memutar netranya malas. Sepertinya ia memang tak punya hati. Beku sekali.

Namun, sekali lagi. Sukma saya dibuat bergejolak. Ketika tangannya mencoba meraih tangan saya. Isyarat cepat-cepat agar kami tak terlambat.

Tuhan, tolong hentikan waktu.

Selaksa WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang