Kekurangan yang (sengaja) Disembunyikan

104 10 0
                                    

Siang itu, menatap lekat-lekat pantulan diri di depan cermin menjadi satu pekerjaan tersendiri. Membubuhkan krim pencerah wajah bernuansa biru dengan selogan 'halal' sudah menjadi candu. Tak lupa memberikan beberapa sentuhan bubuk putih ke permukaan wajah agar terlihat lebih cerah.

Kalian tahu? Sejujurnya saya tidak (pernah) unggul dalam hal ke-ayu-an. Saya terlampau biasa saja untuk menjadi sosok kekasih Angkasa (nantinya). Tidak pernah mudah. Dan sebenarnya masih tidak mudah.

Bersikap seolah-seolah saya tidak peduli dengan penampilan adalah salah besar. Kerap kali kaki ini melangkah mundur dan mulai introspeksi diri. Terlebih lagi jika teringat kisah ibu yang ditinggal laki-laki itu dengan alasan fisik yang tidak sempurna. Ingin baku hantam rasanya.

Tapi ibu selalu berkata bahwa tidak semua manusia bersikap sama. Itu hanya sebagian kecil katanya. Masih banyak manusia-manusia yang berpikiran luas diluar sana. Dan tanpa sengaja saya menaruh harap pada Angkasa. Berharap ia adalah manusia diluar sana yang berpikiran luas. Tak sekadar memandang fisik tentunya.

Ketahuilah 9/10 kepercayaan diri untuk mendekati individu itu adalah sebuah kenekatan. Yang tentunya saya siap jika suatu hari terperangkap dalam-dalam.

Selaksa WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang