Semua terasa biasa saja ketika pertama kali berjumpa. Tapi ini berbeda. Seperti peristiwa alam besar yang menimpa jiwa. Seluruh penduduk sukma berhamburan tak karuan. Menerka-nerka sebenarnya siapa yang berani mengusik sebuah ketenangan.
Ternyata itu kamu, Sa.
Makhluk bernyawa dengan dua mata. Yang entah mengapa saya rasa itu berwarna jingga. Angin seperti menuntun menuju teriknya cahaya. Ya, kamu terlalu terik saat itu. Sama persis saat cahaya mentari mulai menyusup melalui jendela kamarku.
Dunia ini sempit, Sa. Aku bahkan bisa menemukanmu diantara jutaan individu.