Locked part 19

9.7K 480 4
                                    

Aku menatap selembar kertas yang aku tanda tangani. Ada perasaan sedih saat melihat surat ceraiku. Ini mengingatkanku kepada perjalanan hidupku yang nampak sia - sia. Ada rasa ragu saat menatap surat cerai ini. Haruskah aku mengambil keputusan ini semua? Setelah aku fikir kembali aku juga salah. Dia memang salah menipuku hingga aku menikahinya namun aku juga salah membuatnya disentuh orang lain. Apa bedanya aku dengan pemerkosa. Walau aku tidak melakukannya langsung namun aku tetap berbuat jahat padanya. Sudah kewajibanku untuk memenuhi kebutuhan suamiku. Aku juga bersalah saat dia meminta maaf dan memerlukanku tapi aku mengacuhkannya. Aku yang bersalah karna membiarkannya salah paham dan memilih berhubungan dengan wanita lain. Aku yang salah karna aku tidak memberitahunya tentang kehamilanku. Kami sama - sama membunuh anak kami. Kalau saja aku tidak egois mungkin kami masih bisa memeluk anak kami. Aku menghapus air mataku dengan perlahan. Aku memeluk diriku sendiri yang menyesali keegoisanku.

Kelvin :"chitra..."

Aku masih diam menunduk menatap surat cerai kami. Perlahan aku merobek kertas itu. Kelvin nampak terkejut dengan apa yang aku lakukan.

Chitra :"kelvin bisakah kau membantuku?"

Aku menatapnya lekat - lekat.

Aku termenung di sebuah kafe yang nampak tenang. Aku menatap danau di luar jendela yang nampak menenangkanku. Aku menoleh saat mendengar suara yang aku kenal. Aku menatapnya yang menatapku ragu. Dia nampak menderita. Tubuhnya yang semakin kurus dan tampak tak terawat. Perlahan dia duduk didepanku. Aku melihat lingkar hitam dimatanya.

David :"maafkan aku..."

Chitra :"aku yang salah, maafkan aku."

David nampak kaget mendengar kata - kataku. Dia menatapku lekat - lekat.

Chitra :"kalau saja aku tidak melakukan kesalahan dengan meminta kelvin mengerjaimu, kalau saja aku tidak mengacuhkanmu, kalau saja aku memberitahumu tentang kehamilanku mungkin kita tidak akan begini."

David :"chitra..."

Aku memberikan surat cerai yang belum di tanda tangani olehku. David nampak terdiam menatap surat itu.

Chitra :"saat kau perlu menanda tanganinya lakukanlah lalu kirim kepadaku. Aku akan melakukannya. Aku akan pergi tapi saat surat ini sudah di tanda tangani aku pasti akan datang. Jangan menyiksa dirimu dengan bertahan denganku. Kamu mungkin mulai menyukai wanita itu jadi lanjutkanlah karna dia berhasil membuatmu nyaman bersamanya. Jalani hidupmu dengan baik."

David menggeleng kepala menandakan ketidak setujuannya atas keputusanku. Aku meneteskan air mata melihatnya terpuruk. Aku menyadari hatiku yang mencintainya namun semua terlambat karna aku takkan bisa kembali padanya. Perlahan aku bangun dari tempatku dan mendekatinya. Aku menangkup wajahnya dengan kedua tanganku. Perlahan aku menghapus air matanya dengan lembut.

Chitra :"jangan menangis untukku. Aku sangat berterima kasih karna kau mau memberiku pengalaman memiliki keluarga dan menjadi seorang ibu walaupun anak kita tidak bisa hidup lebih lama.Maaf atas keegoisanku. Aku mencintaimu sangat mencintaimu."

Dengan lembut aku mengecup bibirnya. Aku tersenyum dan mulai pergi meninggalkannya yang mematung.

3 tahun kemudian aku menginjakkan kakiku di negara yang penuh kenangan ini. Aku kembali ke negara ini karna aku harus mengurus beberapa pekerjaan di kantor cabang yang berada di sini. Selama ini aku bekerja di perusahaan kelvin yang berada di jerman. Aku melihat richat yang melambaikan tangannya. Aku menghampirinya dan memeluknya erat.

Richat :"welcome back."

Aku tersenyum menanggapi kata - katanya. Aku melihat marta yang menggendong bayi mungil laki - laki. Aku meraih bayi itu dan mengecupnya dengan sayang. Aku selalu bersikap seperti ibu sang bayi saat bertemu bayi laki - laki. Jujur aku masih kehilangan namun aku berusaha menenggelamkan kesedihanku dengan kesibukkanku.

Chitra :"hy baby ed kau tampan sekali."

Richat :"tentu saja dia mewarisi ketampananku."

Chitra :"menjijikkan."

Aku berjalan meninggalkan richat dan barang bawaanku. Marta hanya tertawa riang mendengar richat meraung kesal atas sikapku.

Aku menatap kedua orang tuaku yang nampak terkejut dengan kehadiranku. Aku tersenyum maklum karna aku tidak memberi tahu mereka kalau aku akan datang. Aku memeluk mereka dengan erat. Ibuku memukul punggungku sambil menangis. Aku hanya bisa mengusap lembut punggungnya. Aku memang jarang memberi mereka kabar tentangku di jerman.

Keesokkannya aku langsung mengunjungi kantor cabang untuk memulai pekerjaanku. Aku memeriksa semua laporan dan mulai mengerjakan semua. Aku kembali menjadi wanita yang menyibukkan diri. Aku banyak belajar untuk menjadi orang yang lebih mengerti keadaan sekitar. Aku mencoba meredam amarah dan keegoisanku dalam menyikapi sebuah masalah. Aku masih sekaku dulu namun aku tidak sepemarah dulu.

Saat pulang aku menusuri jalan dengan menggunakan mobilku. Aku melihat ini sudah pukul 12 malam. Entah mengapa aku masih enggan pulang. Aku mengendarai mobilku entah kemana. Sampai aku berhenti di sebuah taman yang aku ingat betul ini taman yang sama saat dulu aku sering mengunjungi taman ini saat hamil. Aku berjalan pelan ke arah ayunan. Taman ini tidak pernah berubah sama sekali. Masih sama seperti ingatanku. Aku membelai lembut perutku.

Chitra :"mama merindukanmu nak."

Aku terdiam menatap perutku yang datar tanpa ada gerakan apapun dari dalamnya.

                              TBC


LOCKEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang