chapter 20

974 92 1
                                    

Oriza POV
----------------------

Jam menunjukan pukul tiga dinihari, tapi mata ini masih belum bisa terpejam, entah kenapa yang pasti gue sangat hawatir sama kondisi nya Acep.

Ya... Walaupun sekarang dia sudah berada di kamar rawat, namun gue tak henti-henti nya menangis.

Bukan karna gue cengeng, tapi gue sangat terharu bercampur sedih karna selama ini gue gak bisa menghargai bantuan yang selalu di berikan Acep pada gue.

Sudah beberapa kali dia nyelamatin gue dan itu sudah cukup membuktikan bahwa Acep di kirim tuhan untuk melindungi gue.

Gue tak henti-henti nya berucap syukur pada yang maha kuasa karna berkat rahmat nya kini Acep telah melawati masa kritis nya dan berhasil melalui masa oprasi dengan sukses.

Beruntung pihak kepolisian cepat datang dan langsung membawa Acep ke rumah sakit untuk di berikan pertolongan.

Huh... Entah kenapa gue sangat menyesal karna kemarin udah bikin Acep kesal karna gue acuhkan di saat gue ketemu sama Farel masa lalu gue itu.

Kini gue sadar betapa berharga nya seorang Acep dalam hidup gue, ya walaupun gue sangat penasaran dengan apa yang di sembunyikan Acep dari gue.

Pertanyaan demi pertanyaan mungkin akan langsung terlontar di saat Acep siuman nanti, kenapa ? Karna di otak gue sudah banyak sekali pertanyaan dan rasa penasaran yang harus Acep jawab dengan jujur.

Gue dengan sabar menunggu di samping Acep dan sesekali mengusap tubuh nya yang berkeringat, mata gue mulai lelah dan tanpa gue sadar gue sudah tertidur dengan kepala menempel di dekat pundak Acep.

Rasa lelah, letih, hawatir dan kantuk terus menggerogoti tubuh gue dan tanpa gue sadari gue udah masuk ke dalam alam bawah sadar gue alias tidur.

Gue tidak tau berapa lama gue tertidur, namun sebuah sentuhan di kepala gue langsung menyadarkan gue.

Mata gue langsung seger setelah melihat Acep siuman dan dia langsung tersenyum ke arah gue.

Gue berpikir ini cuma mimpi.

Gue langsung mengucek-ngucek kedua bola mata gue dan sesekali menampar pipi gue sendiri untuk mengetahui kebenaran nya.

Plakk

Anjir, kok sakit ya ? Berarti ini bukan mimpi gue.

"Riza... Kok malah bengong gitu sih ?".

"Euh"

Hanya kata itu yang keluar dari mulut gue.

"Kamu tidak apa-apa kan Riz ?".

Ish, harus nya gue yang nanya gitu sama lo Cep, napa malah sebalik nya sih.

"Riza... ".

Acep kembali memanggil gue, refleks gue nyaut kali ini "Iya, kenapa sayang ?".

Eh. Kok malah gue sih yang panggil sayang sama dia.

Gue juga lihat ekspresi wajah Acep sedikit terkejut.

"Apa Riz ? Saya tidak dengar kamu panggil saya apa, bisa di ulang tidak ?".

Hadeh, pake nawar lagi.

Tengsin lah, masa gue harus ngulang panggil sayang sih sama dia, ckck.

"Panggil apaan Cep ?" tanya gue belagak polos.

"Tadi kamu panggil saya sayang Riz".

"Masa sih ? Perasaan gue gak manggil lo sayang tuh" elak gue.

LOVE IN MISSION ✅ [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang