chapter 13

917 84 2
                                    

Author POV.
---------------------------

Hujan deras membasahi setiap jengkal sang bumi, dingin nya malam menembus merasuk ke dalam tulang, namun semua itu tak menyurutkan seseorang untuk menjalankan niatan nya.

Di sini di sebuah makam dia berdiri sambil sedikit menangis pilu, kembang tujuh rupa sudah iya tabur sedari tadi bersamaan dengan turun nya hujan.

Dalam deras nya hujan iya terus menangis dan terus menerus mengucapkan maaf sebisanya.

"Maafkan aku Na, maaf aku tidak bisa melindungi kamu. Tapi aku janji sama kamu, aku akan habisi semua orang yang pernah menyakiti kamu" orang tersebut bermonolog sendiri.

"Si Juna, Ziko, Felix dan Dena sudah aku habisi dan mati dengan cara mengenaskan, dalam keadaan yang lebih parah dari kamu" lanjut nya sambil tersenyum puas.

"Tama, Romi, Nathan dan Riza akan segera mati di tangan ku. Namun untuk Riza akan sangat sulit membunuh nya karna ada seseorang yang melindungi nya, entah siapa namun dia terlihat begitu sangat propesional" orang tersebut berdecak kesal di dalam hati nya.

"Aku janji sama kamu aku akan segera membalaskan dendam mu. Kamu yang tenang di sana, disini biar aku yang urus semua nya".

Orang tersebut sedikit merunduk dan mengusap sebuah batu nisan beberapa kali, senyum licik nya mulai iya rekahkan lagi.

"Aku pamit dulu, tepat di hari kematian mu nanti aku akan pastikan orang-orang itu akan mati, termasuk beberapa orang penting yang turut andil dalam kematian mu. Aku janji itu Na. Aku pamit dulu Na" pamit orang tersebut lalu lekas berdiri dan berlalu pergi meninggalkan area pemakaman umum itu.

"Selanjutnya giliran anda Tama".

_______________

Oriza POV.
-----------------------

Hari ini adalah hari terakhir perjanjian gue sama si cupu, huh kok rasanya berat ya berpisah sama si cupu, apa mungkin ini yang nama nya cinta ? Masa iya sih gue jatuh cinta sama si cupu. Ah mana mungkin gue cinta sama dia, terus kalau bukan cinta apa dong ini namanya.

Dari tadi gue hanya melamun saja di sini, makanan yang gue pesan pun hanya gue aduk-aduk tanpa sedikit pun gue makan, rasa nya gue sangat malas hari ini sampai sebuah tangan menepuk pundak gue.

"Woey, kenapa lo Riz ?".

Gue menoleh ke arah suara itu dan mendapati si Nathan udah duduk di dekat gue, males banget kalau deket-deket sama dia, cih.

"Ngapain lo kayak bakteri ? Ckck, nempel di mana-mana".

"Akh elah Riz, jahat amet lo ama bebeb lo".

Tanpa permisi si Nathan main rangkul pundak gue, sebagai cewek yang alim, cha elah alim... Gaya gue alim, asli nya amit-amit. Ckck.

"Paan si lo Nath, tangan lo pingin gue patahin hah ?".

Gue mencengkram dan sedikit memelintir tangan nya si Nathan sampai meringis, bodo amat ah tangan nya patah gue gak peduli.

"Aww, sakit Riza... Tega amet lo sama gue".

Si Nathan sudah sedikit meronta, karna kasihan gue sedikit membanting tangan nya si Nathan ke atas meja.

"Bar-bar banget sih lo, biasa nya lo baik-baik sama gue. Heran deh, apa lo berubah gara-gara si cupu itu, heuh ?".

"Bukan urusan lo Nath, gue cuma gak suka tubuh gue di sentuh sembarangan orang" bodo amat sama si Nathan, toh gue emang gak suka tuh kalau orang lain nyentuh tubuh gue.

LOVE IN MISSION ✅ [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang