Chapter 17

155 12 0
                                    

Chik aku udah didepan rumah

Pesan gue pada Chika di line, dari kemarin malam ia sama sekali tidak membalas pesan gue dan setiap di telepon pasti ditolak.

Gue menunggu didepan rumah Chika sudah hampir setengah jam dari gue mengirim pesan tadi, tapi tidak ada tanda tanda ia keluar rumah.

Apa gue ketok pintu aja ya? Gue keluar mobil dan membuka pagar rumahnya.

Tok tok tok

Ketuk gue.

"Bentar..!" kata seseorang didalam rumah. Pintu pun terbuka tapi bukan Chika yang membuka pintu melainkan ibu nya.

"Oh Dabi, Chika nya udah pergi dari tadi pagi" kata ibu Chika.

"Oh gitu ya, yaudah deh bu saya balik lagi, maaf ganggu ya" balas gue.

"Iya gapapa"

Gue berbalik badan dan berjalan menuju mobil gue. Tumben dia ga bilang kalau ga mau dijemput.

Ga usah, aku udah pergi dari tadi

Balas nya, dia pasti sengaja ingin balas dendam. Kemarin mungkin dia sedang lelah jadi emosi nya tidak stabil makanya kebawa bawa sampai hari ini.

Iya, masih latihan?

Tanya gue, hari ini tidak ada yang harus gue lakukan jadi benar benar bosan. Edo pun tampaknya sedang sibuk karena dia tidak mengajak untuk datang.

Sebenernya ini adalah waktu yang pas untuk ke theater, tapi gue sudah janji untuk tidak datang ke theater lagi sehabis mengambil mvp 400 bulan lalu.

Benar juga, gue menunggu Chika di tempat latihan nya saja, tapi sepertinya tidak akan bisa karena dia masih kesal dengan gue.

Sekitaran 5 menitan gue memikirkan akan kemana, tapi lebih enakan gue pulang dan tidur kembali habis itu gue menjemput Chika.


****

Gue terbangun tepat saat matahari sedang tenggelam, yap jam 6 sore. Setelah cuci muka gue langsung pergi ke tempat latihan Chika.

Chik aku jemput ya

Kirim gue.

Y

Balas nya, ini sih sudah pasti dia sedang ngambek, tapi gue malah tidak sabar melihat muka ngambek nya nanti.

Akhirnya gue sampai di tempat latihannya, kemarin gue diperbolehkan masuk berarti hari ini juga boleh sepertinya.

"Pa, saya boleh masuk?" tanya gue pada satpam nya.

"Oh iya boleh, tapi jangan keatas. Tunggu di bawah aja" balas bapa itu.

"Oh iya pa" kata gue dan memasuki bangunan itu.

Gue duduk di sofa ruang tunggu, sepertinya hanya disini batas gue menunggunya.

Sambil menunggu alangkah enak nya jika bermain game di ponsel. Apalagi gue menunggu sekitar 2 jam.

Disaat sedang asik asik nya gue bermain ada langkah orang turun tangga. Dan itu adalah Chika serta Azizi yang sepertinya sedang istirahat.

"Chik!" panggil gue namun ia tidak menolah sama sekali, malah Azizi yang sedang memperhatikan gue.

Mereka berdua kembali keatas setelah melakukan urusan nya dibawah.

Jangan panggil panggil, aku bentar lagi selesai

Kata dia lewat line.

Gue melanjutkan bermain game lagi. Tapi melihat pesan Chika tadi sepertinya rasa ngambeknya sudah berkurang.

Sekarang gue sudah benar benar bosan bermain game, gue sudah menunggu 1 jam semenjak Chika mengirim pesan tadi.

Tak tak tak

Suara langkah sepatu yang melangkahi tangga, gue sudah yakin ini adalah Chika.

Tapi kenyataan tak mengikuti harapan gue, benar sih yang turun Chika tapi dia tidak sendiri. Ada teman teman nya yang ikut turun.

"Dab, mereka nebeng ya" kata Chika.

"Iya" balas gue tidak ada pilihan lagi. Jadi gue terpaksa mengantarkan ketiga teman nya. Ini akan melelahkan gue yakin.

Gue mengantarkan ketiga teman Chika itu ketempat yang sangat tidak searah. Namun gue membiarkan itu supaya Chika puas.

"Kamu laper? Mau makan dulu ga?" tanya gue

"Lumayan, makan di mobil aja ya" jawab dia.

"Oke"

Sambil menunggu Chika memesan makanan gue mempersiapkan meja makan di tempat duduk belakang.

Jadi gue memodifikasi jok belakang agar bisa dijadikan tempat makan atau belajar. Yaitu dengan menarik papan tepat di tengah jok belakang lalu setelah itu memutar papan nya dan mengunci sendi nya.

Gue melakukan ini setelah Edo memberikan usul disaat gue baru dibelikan mobil oleh bokap gue 4 tahun lalu sepertinya.

"Nih aku udah beli" kata Chika.

"Oke, sini masuk" balas gue.

Kami memakan makanan dengan tidak ada obrolan, tidak seperti biasanya.

"Chik, yang kemarin--"

"Iya iya, kemarin akunya aja yang emosian. Selama cuman komen gitu doang gapapa, asal member nya ga kenal kamu" katanya. Memang benar sih Fiony kenal dengan gue karena tahun kemarin ia senbatsu sama dengan Chika jadi gue beberapa kali bertemu dengan dia.

"Oke deh, jadi makanan ini tanda baikan nya kita ya?" tanya gue

"Haha, iya gimana kamu" kata Chika. Kali ini senyum nya dia sudah kembali.

Memang tidak sempat melihat muka ngambek nya sih, tapi seperti ini sudah yang terbaik gue yakin.

****

Hari ini gue berjanji mengantarkan Chika ke bandara, yap hari ini ia akan membuat MV di Jepang dan akan pergi selama 2 minggu.

Gue berangkat jam 1 malam menuju rumah Chika, jadwal flight nya yaitu jam setengah tiga subuh.

Gue belum tidur sama sekali, semoga saja tidak terjadi apa apa. Gue sudah sampai dirumah nya dan sepertinya tidak perlu mengabarinya karena ia menunggu di teras rumah nya.

Ia membawa koper besar yang sepertinya tidak kuat ia bawa, tentu saja sebagai pacar yang baik gue menghampirinya dan membawa koper nya menuju mobil gue.

"Kamu udah tidur chik?" tanya gue.

"Belum, tadi aku siap siap kan. Kamu juga belum tidur ya?"

"Iya, gapapa ko"

"Yaudah, kita ke blok B ya" katanya.

"Oke"

Gue membawanya menuju bandara SoekarnoHatta. Sekitar 30 menit perjalanan menuju tanggerang.

Dan gue pun sampai dibandara tersebut, gue berencana mengantarnya sampe tepat dia akan pergi. Jadi gue akan tidur selagi menemani Chika menunggu.

MALOISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang