Chapter 23

165 7 0
                                    

Chika bersandar dipundak gue, kami masih belum tidur sedangkan yang lain sudah tertidur dari tadi. Kami sedang berada di kursi penonton yang sudah sepi.

"Kamu ko bohong sih?" tanya Chika.

"Bohong masalah tadi?"

"Apalagi?"

"Niatnya suprise, rencana aku salah ya?" tanya gue.

"Salah banget, kenapa harus kaya tadi? Kan bisa kapan kapan!" jawabnya.

"Biar banyak yang tau, tadi aku liat akun kamu followers nya turun sampe 600ribu" kata gue.

"Yaiyalah pada kecewa, tapi gapapa sih. Besok juga aku bakal hapus akun instagram sama twitter." balas Chika, "terus habis ini gimana?" tanyanya.

"Gimana apa?"

"Ini" balasnya sambil menunjukan cincin ditangan nya.

"Oh, kita nikah sebulan lagi. Sekarang aku bakal nyiapin gedung sama yang lainnya" jawab gue.

"Hmm gitu yaudah deh" katanya, "eh kepanggung yu, mumpung belum diberesin" ajaknya

"Ngapain?"

"Udah ikut aja"

Gue mengikuti Chika menuju panggung, lalu Chika mengeluarkan ponsel nya.

"Ayo sini" kata Chika dan memutar lagu Shonici

Aku berdiri di atas
Panggung yang selalu ku dambakan
Di tengah eluan
Tepuk tangan dan juga semangat

Dengan latihan yang ketat
Ku lampaui dinding diriku
Sambut hari ini
Tirai kesempatan pun terbuka

Aku pun tidak menari sendiri
Ada hari ku nangis di jalan pulang

Aku bernyanyi tanpa berpikir
Ada hariku hilang percaya diri

Selalu sainganku terlihat seolah bersinar

Impian ada di tengah peluh
Bagai bunga yang mekar secara perlahan
Usaha keras itu tak akan mengkhianati

Impian ada di tengah peluh
Selalu menunggu agar ia menguncup
Suatu hari pasti sampai harapan terkabul

Lampu sorot yang ternyata
Begitu terang seperti ini
Bagai malam panjang
Menjadi fajar mentari pagi

Sudah pasti aku tidak
Mau kalah dari kakak kelasku
Kami ingin buat
Show diri kami sendiri

Ada hariku menangis sedih
Saat ku libur karena ku cedera
Ada hariku sudah menyerah
Imbangi sekolah beserta latihan

Tapiku mendengar encore dari suatu tempat

Impian setelah air mata
Bunga senyuman setelah tangis berhenti
Kuncup yang berusaha keras pun akan mekar

Impian setelah air mata
Ku percaya takkan kalah dari angin hujan

Sampai doaku mencapai langit cerah

Penuh semangat mari menari
Penuh semangat mari bernyanyi

Tak lupakan tujuan awal
Kerahkan seluruh tenaga ooh

Impian ada di tengah peluh
Bagai bunga yang mekar secara perlahan
Usaha keras itu tak akan mengkhianati
Impian ada di tengah peluh
Selalu menunggu agar ia menguncup
Suatu hari pasti sampai harapan a terkabul

Dia menari nari dengan lagu yang dia putar diponselnya, gue hanya melihat dia.

Saat lagu shonichi selesai gue liat member member lain terbangun dan menghampiri Chika. Mereka bermain bersama dan menceritakan kejadian atau hal lain selama Chika masih menjadi member.

Gue rasa gue harus pergi agar mereka bisa menikmati waktu ini, gue pergi ketempat Edo yang tidur diruang makeup.

"Do, bangun" kata gue sambil menggoyang goyangkan tubuh nya.

"Apaan?"

"Coba cek diluar, gue mau pulang nih" pinta gue.

"Udah pagi aja ntar, gue ngantuk" jawabnya.

"Yaudah" kata gue dan ikut tidur disebelah nya.

                               ****

Gue sedang mengantar Chika dan akan melapor pada orang tuanya tentang hal semalam.

"Kamu mau tema gimana nanti?" tanya gue.

"Yang biasa aja asal tertutup. Takut ada fans yang macem macem." jawabnya.

"Ok, besok aku mulai rancang" kata gue.

"Kita dong, kan yang mau nikah kita bukan kamu" balasnya.

"Hehe, ok deh"

Setelah berkendara selama 30 menit akhirnya kami sampe di rumah Chika. Gue ikut masuk dan membahas tentang pernikahan kami.

Kami berencana menikah bulan februari tanggal 1-5,belum pasti karena ini masih rencana kotor.

Besok gue bakal bertanya ke bokap agar lebih jelas. Dia punya kenalan orang yang lebih mengerti tentang persiapan pernikahan.

Setelah berbincang selama hampir 2 jam, gue pulang dan akan beristirahat karena kurang tidur semalam.

Gue memilih cepat nikah agar tidak ada lagi cobaan selama masa lamaran ini. Katanya saat saat ini akan banyak cobaan yang bisa memecahkan hubungan. Jadi gue memilih bulan depan untuk pernikahan kami.

                              *****
"Pah, Dabi mau nikah" kata gue pada bokap yang sedang menonton TV.

"Yaudah, nikah aja sana" jawabnya.

"Bantuin dong, ini kan pertama kalinya"

"Seriusan kamu?" tanya nya lagi.

"Iyalah, masa boongan"

"Nanti papah pikirin besok" katanya.

"Oke pah, makasih ya" balas gue.

Bokap gue emang mempunyai sifat yang bodo amat terhadap sesuatu sampe sampe anaknya mau nikah aja respon nya sangat biasa.

Namun dia sebenarnya peduli pasti dengan ucapan gue tadi, besok bokap gue bakal mebantu, pastinya sih.

Gue pergi kerumah Edo untuk mengurus yang bisa gue urus seperti mencari WO.

"Do, udah nemu?" tanya gue saat masuk ke rumah nya.

"Lagi nyari yang pas nih" jawabnya.

"Oh, ok. Gue bantu ya"

"Sip, lo udah bilang ke ortu lo?"

"Udah, katanya besok mau dipikirin"

Edo mencari info ke teman temannya yang sudah menikah sedangkan gue lagi membahas ini dengan Chika.

Gue ga tau Edo mau ngebantu sejauh itu tapi dia memang seperti ikut senang gue akan menikah.

"Kamu lagi cari info chik?" tanya gue.

"Iya, ini ka Aya sama temen temen baru dateng. Sekalian mau aku tanya kan ka Aya nikah sama Fans juga."

"Ok deh, udahan dulu aja ya. Aku mau bantu Edo juga" kata gue.

"Ok"

Gue mengobrol dengan Edo tentang pernikahan, awalnya. Tapi makin kesini obrolan kami malah menjauh dari topik. Tapi biarlah, ini bisa dipikirin besok.

Jadi gue menghabiskan malam dengan mengobrol dengan Edo ditemani dengan last show Chika kemarin. Karena kami ga sempet nonton.


MALOISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang