Chapter 20: Dua orang yang kacau

538 105 14
                                    


Nezuko memandang enggan pada selembar kertas di depannya.

Kertas biodata Calon Puteri Sekolah yang harus di serahin hari Jumat itu masih kosong. Padahal ngisi data diri bukan hal susah. Tapi nyatanya, Nezuko belum ngisi apa pun di sana.

"Hei, Nez." 

Nezuko noleh begitu Hannah nepuk pundaknya. Cewek itu duduk dengan anggunnya di kursi Kuroko yang kosong. Iya, sejak rolling kelas terakhir, Nezuko jadi duduk sama anak basket itu. Makanya dia juga makin deket sama anak basket juga.

"Kamu keliatan linglung banget," ujar Hannah khawatir. "Kamu masih kepikiran soal postingan itu?"

Nezuko kicep seketika.

Ya gimana gak kepikiran coba. Apa lagi si Tanjirou itu berhasil bikin Nezuko malu banget. Sekian tahun bareng, kakak-beradik itu udah biasa bersaing. Akademis, sosial, dan lain-lain. Tanjirou sama Nezuko berusaha untuk jadi yang terbaik di depan Papa dan Bunda.

Tapi sekarang?

Nezuko ngetawain dirinya sendiri.

Dia gak lebih dari anak yang malu-maluin keluarga.

"Eh, eh, jangan nangis dong," Hannah langsung ngusap air mata Nezuko. Semenjak jauhan sama Inosuke, Hannah jadi punya lebih banyak waktu bareng sahabatnya itu.

"Capek aku, Han." kata Nezuko lirih. "Dari awal memang semuanya salah. Aku kenal deket sama dia salah. Aku bercanda sama dia salah. Aku jalan sama dia salah. Dan pasti semua ini salahku, soalnya aku cuma bikin malu ke—"

"Shhh, gak ada yang kayak gitu." Hannah langsung narik kepala Nezuko buat nyandar di pundaknya. Hannah bisa ngerasain pundak Nezuko gemetar.

"Aku udah kalah. Sekarang Kak Tanjirou yang jadi kebangaan semua orang."

Hannah ngehela nafasnya panjang sambil ngelus pucuk kepala Nezuko. Untung kelas sepi jadi dua cewek itu bisa curhat dengan leluasa. 

Hannah anak tunggal, sih. Dia gak begitu paham rasanya jadi bayang-bayang saudara sendiri. Tapi setidaknya, Hannah cukup kenal Nezuko dan cewek itu tahu apa yang Nezuko butuhkan sekarang.

"Nez, kamu cukup berharga, kok. Gak untuk satu orang, untuk banyak orang juga."

Nezuko diem sebentar, sebelum akhirnya cewek itu meluk Hannah. Diam-diam dia terisak. Ucapan Hannah cukup melegakan, tapi menyesakkan di saat yang sama. Seharusnya yang bicara kayak gitu bukan Hannah, tapi keluarganya sendiri.

"Mau kupanggilin Kak Zeni, gak?" tawar Hannah.

"Gak. Semua udah selesai, Han."

Dahi Hannah berkerut. "Selesai gimana?"

"Udah lah, Han. Zenitsu itu ceweknya banyak. Gak ada aku juga ada yang lain."




***

Seorang gadis melangkah ringan di gedung kelas 11, tepatnya di sekitar sekitar koridor IPS. Begitu mendapati papan bertuliskan 'Sosial-3', ia tersenyum lebar lalu langsung masuk dan mengedarkan pandangannya.

"MY BABY HONEY ZENITSUUU~"

Zenitsu tersentak kecil, lalu mengumpat kasar.

Cowok itu langsung menyembunyikan wajahnya di balik sampul buku tulis. Namun jelas itu terlambat. Jelas hal bodoh.

"Ngapain ngumpet sih? Ada princess datang juga," Malty memanyunkan bibirnya sebal.

"Gue lagi gak ada duit."

"Heh! Kamu kira aku ke sini buat nagih utang!?"

Zenitsu berdedecak kecil.

Cowok itu lagi gak minat buat ngeladenin tante girang. Dia mutusin buat ngalihin muka dan fokus ke catetannya. Kalo Nezuko bisa berperstasi, apalagi Zenitsu ya, kan?

"Zen, gak ke kantin? Anak-anak udah pada nungguin, loh. Inosuke aja tumben ikutan ngumpul." 

"Gak, pergi sana."

"Ck, lo kenapa, sih!?"

Zenitsu ngendus singkat. Kalo Malty mulai risih, Zenitsu juga. Bahkan lebih. Cowok itu langsung berdiri sambil natap Malty. Dia masukin tagannya ke saku celana, terus ngehela nafas panjang.

"Sophia, denger—"

"Mau lo apa sih?" potong Malty cepat.

Zenitsu berdecak. "Nezuko."

Dua alis Malty terangkat seketika. "Lo serius?" tanyanya reflek. "Serius lo ngerjar calon perawat itu?" sambung Malty sebelum diiringi kekehan remeh. "Beda kasta, bodoh. Bajingan ya bajingan aja. Gak usah sok mau kumpul sama Nezuko yang sok polos itu. Lo pas susah sama siapa sih? Sama kita-kita juga. Sama gue."

"Lo yang bikin gue susah."

Zenitsu langsung beranjak pergi ninggalin Malty. Tapi cewek itu gak langsung nyerah. Baru beberapa langkah, Malty langsung narik tangan Zenitsu.

"Zen—"

"Apa sih lo!?" cowok itu langsung nepis tangan Malty.

Suasana kelas 2S3 yang tadinya hening langsung tambah hening. Kebanyakan siswa yang di kelas cuma lagi mabar, kalo gak ya pacaran. Sisanya paling nyalin tugas agama. Tapi mereka semua langsung noleh ke Zenitsu sama Malty.

Sedangkan itu, Zenitsu sama Malty beradu tatap dalam diam.

Malty masih gak percaya sama sikap kasar Zentisu. Sedangkan Zenitsu sendiri langsung nyesel. Kalo mulut ember Malty itu ngadu macem-macem, bisa-bisa modar si Zenitsu.

"Bodo ah, pergi gua." putus Zenitsu akhirnya sambil ngelangkah pergi.



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Bucin | Zenezu✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang