"Anjir, jablay banget ceweknya."
Tanjirou menghela nafasnya berat.
Astaga, sumpah ya. Ini Minggu pagi, seharusnya Tanjirou bisa mendapat ketenangan. Cowok itu awalnya juga sudah berpikir seperti itu. Tapi sepertinya salah saat Zenitsu tiba-tiba datang dan mengacau semua jadwal paginya.
Tanjirou yang tadinya sedang menonton berita pagi di televisi kini harus menonton sinetron di ruang tengahnya bersama manusia kaleng rengginang.
Huft.
"Tan, anjir, Tan! Jahat banget ibu tirinya, ya!"
"Bisa diem nggak sih, anjir?" Tanjirou mendesah berat. "Pagi gini biasanya lo apel ke rumah cewek lo, sekarang sok-sokan kesini. Kenapa? Ada masalah?"
Zenitsu berdecak sebal. "Apa sih, orang udah putus lama."
"Oh, pantes."
Zenitsu tak menyahut lagi. Hanya saja wajahnya beruba menjadi masam. Dan di saat yang sama, Tanjirou pu mulai tenggelam dalam alur sinetron itu.
Ternyata tidak buruk juga. Pantas saja Zenitsu sering menonton sinetron. Semoga saja, setelah menonton satu serial ini, Tanjirou tidak ketularan jadi alay.
"Eh, Tan, lo sama Kanao gimana?" tanya Zenitsu.
"Oh, biasa aja. Nggak ada masalah."
"Kalo kalian ada masalah, Kanao suruh cerita aja ke gue."
"Biar jadi mediator antara kita berdua?"
"Enggak, biar Kanao nyaman sama gue terus beralih ke gue."
Tanjirou menggeram kesal. Tangannya mengepal erat, sebelum ia menghela nafas panjag. "Pengen mukul elo, tapi takut kena pasal penganiayaan hewan."
"HEH!"
Zenitsu langsung menjambak rambut Tanjirou dari belakang dengan penuh rasa kesal. Tanjirou yang tak terima pun menabok pipi Zenitsu hingga terjadilah perang bantal antara dua cowok alay itu.
"Kak, anterin ke fotokopian, dong."
Dua pemuda itu terdiam seketika.
Mereka menoleh, dan mendapati Nezuko yang sudah siap pergi dengan tas cangklong di pundaknya.
"Kan di kamar Kakak juga ada print," sahut Tanjirou.
"Ihhh, kan tintanya abis! Aku tuh di suruh nge-print berwarna, tau!"
"Aku anterin aja, Nez." Zenitsu langsung bangkit dan mengambil kunci motornya di meja. "Kakak kamu tuh masih penasaran sama ending-nya sinetron itu. Makanya dia nyaranin pake print di kamar dia."
"Yeee sok tau, dasar!" sahut Tanjirou tidak terima. Tapi sahutannya itu sudah tidak di tanggapi lagi, sebab dua manusia itu sudah berjalan menjauh. "Jagain adek gue!" pekik Tanjirou akhirnya.
"Tentu, Rangga!"
Zenitsu segera memasangkan kunci dan menyalakan motornya yang terparkir di teras. Cowok itu sudah sering main ke rumah Tanjirou, jadi dia malas memarkirkannya di garasi. Toh, nanti juga biar Tanjirou yang mengepel terasnya. Zenitsu tidak peduli.
"Ayo naik," ucap Zenitsu.
Nezuko mengangguk cepat. Cewek itu langsung duduk di jok belakang motor Zenitsu. Tanpa banyak tingkah lagi, Zenitsu pun segera mengarahkan motornya meninggalkan kediaman temannya itu.
Di tengah perjalanan, Nezuko pun menceletuk.
"Maaf ya, Kak. Abang gue emang suka main fisik gitu."
Zenitsu menoleh sejenak, lalu terkekeh ringan. "Udah biasa, Nez. Tanjirou emang jahatnya kayak nenek Tapasha."
"Yeee, dia mah Andriana mantannya Boy."
Zenitsu tersentak kecil, lalu lanjut tertawa. Zenitsu memang sudah dekat dengan Tanjirou sejak SMP, tapi bukan berarti Zenitsu dekat dengan adiknya juga. Jadi wajar saja kalau Zenitsu kaget ternyata Nezuko punya selera humor sereceh itu.
"Receh banget sih, gue pacarin juga lo."
"Najis, badut oppo ae sok-sokan."
Zenitsu kembali terkekeh. Duh, sumpah ya, dia kira Nezuko cuma cewek cakep yang membosankan tapi ternyata selera humornya juga sama-sama ampas. Ekspektasi Zenitsu soal rasa canggung dan kaku dengan Nezuko jadi terhapuskan.
Entah kenapa, rasanya nyaman aja.
Kayak keduanya itu udah jadi teman dekat dari lama. Padahal baru beberapa menit lalu, Zenitsu cuma berniat nganterin Nezuko ke fotokopian.
A/n:
Aloa ges kesampean juga gue nulis fanfic genre comedy-romance. Moga-moga kalian suka ya. Semangat puasanya ᕦ( ͡° ͜ʖ ͡°)ᕤ
KAMU SEDANG MEMBACA
Bucin | Zenezu✔️
Fiksi PenggemarSiluman Buaya tiba-tiba tobat, anugrah atau musibah sih? Zenitsu Agatsuma dikenal sebagai cowok ganjen bin begajulan yang hobinya godain cewek. Tapi entah sejak kapan, cowok itu sudah tidak terlihat mendekati perempuan lagi. Tidak ada lagi gombalan...