"Nezuko mengundurkan diri?"
Bu Kanata, tata usaha sekaligus pembina ekskul mading itu ngerutin dahi ngelihat formulir data diri calon Puteri Sekolah yang kosong.
"Iya, Bu. Nezuko sendiri yang bilang. Saya udah nyuruh Nezuko biar ngisi formulir itu. Tapi dia nolak."
Bu Kanata ngerutin dahi, denger penjelasannya Krista. Cewek itu keliatan gak bohong, jujur banget malah. Toh, mana mungkin Krista bikin laporan palsu.
"Kalo gini caranya, kamu resmi jadi Puteri Sekolah angkatan 24, dong? Soalnya kandidat lain kan cuma Nezuko."
Krista nunduk sambil gigit bibir bawahnya. "Itu yang bikin saya ragu, Bu. Apa saya pantas menang dengan lawan yang udah mengundurkan diri begini?"
Bu Kanata natap Krista cukup lama, terus ngehela nafasnya. Bu Kanata nipisin bibir, terus berdiri dari bangkunya. Dari belakang meja kerjanya, Bu Kanata nepuk pundak Krista.
"Gak apa-apa. Nanti coba saya bicara sama Nezuko."
***
Bel pulang sekolah udah bunyi 10 menit yang lalu. Lorong, koridor, kelas, dan perpustakaan pun mulai sepi. Tapi Nezuko masih terjebak di ruang guru. Di depan meja Bu Cattleya, wali kelasnya.
Kaki Nezuko bermain di bawah. Gadis itu menunduk. Selama Bu Cattleya belum membuka mulut, Nezuko pun enggan bertanya.
"Saya gak paham, Nezuko." Bu Cattleya menghela nafasnya panjang. "Kamu mau mengundurkan diri bahkan sebelum voting berlangsung?"
Nezuko tersenyum samar. Lalu mengangguk. "Saya gak merasa sepantas itu untuk jadi kandidat, Bu." ujarnya lembut. "Mau bagaimana pun, Puteri Sekolah harus bisa menjadi role model siswa-siswi lain. Dan saya rasa saya gak sesempurna itu untuk jadi panutan."
Bu Cattleya menaikan satu alis, lalu menyandarkan punggung di sandaran kursi sebelum kembali menghela nafasnya panjang. Ternyata laporan dari tata usaha sekolah memang benar. Nezuko sepertinya tidak terlalu berminat untuk semua ini.
"Kamu bilang kamu gak sesempurna itu untuk jadi panutan. Tapi kenyataannya kamu calon perawat, dari keluarga terpandang, juara kelas, dan bahkan aktif di semua ekskul yang kamu ikuti. Apanya yang salah, Nezuko?"
Nezuko terdiam sejenak. Kakinya berhenti bergoyang-goyang di bawah kursi. Gadis itu akhirnya kembali menarik segaris senyum.
"Udah cukup, Bu. Saya gak mau jadi pusat perhatian lagi. Semua perhatian yang saya dapatkan sejak MOS dari kakak kelas dan teman angkatan sudah cukup. Saya gak mampu untuk terus jadi pembicaraan orang lain. Saya rasa Krista lebih pantas. Dia sempurna. Dan saya rasa lebih cocok untuk jadi Puteri Sekolah angkatan 24."
Bu Cattleya terdiam mendengar jawaban Nezuko.
Nezuko akhirnya memberanikan diri menatap wali kelasnya. Gadis itu berdiri, lalu sedikit membungkuk. "Saya permisi, Bu." ujarnya sebelum meninggalkan ruangan.
Baru beberapa langkah meninggalkan ruang guru, Nezuko langsung di sambut oleh seseorang dengan senyum lebarnya.
"Udah, Nez?" tanya Zenitsu mendekat. "Dibacotin apa aja?"
"Tau, tuh. Gue disuruh jadi tunangannya Kak Kaneki sayangku."
"Heh!"
Nezuko langsung terkekeh. Gadis itu tak bisa menahan diri lagi ketika melihat Zenitsu langsung mendelik tidak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bucin | Zenezu✔️
FanfictionSiluman Buaya tiba-tiba tobat, anugrah atau musibah sih? Zenitsu Agatsuma dikenal sebagai cowok ganjen bin begajulan yang hobinya godain cewek. Tapi entah sejak kapan, cowok itu sudah tidak terlihat mendekati perempuan lagi. Tidak ada lagi gombalan...