Chapter 18: Letupan amarah

590 105 31
                                    


BUGH!


Satu pukulan mendarat tepat di pipi Zenitsu. Cowok itu memang tidak jatuh tersungkur, tapi pukulan itu berhasil membuat pipinya berdenyut. 

Zenitsu memegangi pipinya yang terkena pukul itu, lalu kembali menatap lurus. 

"Tanjirou, gila ya lo!? Lo mau muk—"


BUGH!


Satu pukulan kini mendarat di perut Zenitsu. Membuat pemuda bersurai kuning itu mundur beberapa langkah.

Zenitsu seolah sudah lupa Tanjirou Kamado si calon dokter yang ramah. Sebab Tanjirou di depannya ini sudah seperti orang kesetanan yang bertatapan datar. Pemuda itu tak bicara apa pun saat menyeret Zenitsu ke area yang sepi di belakang sekolah.

Tanjirou kini berjalan mendekat, membuat Zenitsu hampir habis kesabarannya.

"Gue bilang apa sama lo waktu itu?" ucap Tanjirou datar, gak kayak orang nanya, malah ngajak berantem. "Cuma main. Gak sepik." jawab Tanjirou sendiri.

Zenitsu kehilangan kata-kata.

Serem banget liat mukanya Tanjirou yang horor abis.

"Tan, kalo lo mau ngajak gue baku hantam gak gini ca—"

Jantung Zenitsu udah loncat begitu dia berhasil nahan pukulannya Tanjirou. Dua cowok itu adu tatap untuk beberapa saat. Dan bener, emang Tanjirou di depannya ini bukan Tanjirou si anak emas guru.

"Ada jutaan alasan kenapa gue gak mau lo deket sama adek gue." ujar Tanjirou dengan tatapan dalam. "Salah satunya adalah, citra buruk lo yang bakal nularin hal yang sama ke adek gue. Aligator deket sama calon perawat, apa yang bakal dipikirin orang menurut lo? Lo mau gue mutilasi sampe mampus?"

"Tan, serius gue gak ada hubungannya sama kerusuhan ini." bela Zenitsu akhirnya. "Bisa kita ngomong baik-baik?"

"Ngomong baik-baik, kata lo?" Tanjirou menyeringai.

Zenitsu langsung tersungkur begitu Tanjirou menendangnya. Tidak tahu setan mana yang merasuki Tanjirou, cowok itu benar-benar seperti iblis sekarang.

"GUE UDAH NGOMONG BAIK-BAIK DARI AWAL, BAJINGAN! ELO YANG SETAN! GAK TAU DIRI!"

Zenitsu meringkuk kesakitan.

Begitu mendengar langkah Tanjirou yang kembali mendekat, Zenitsu langsung sekuat tenaga untuk berdiri. 

Namun rupanya terlambat.

Tanjirou kini sudah duduk di atas perut Zenitsu. Tatapannya seolah mengisyaratkan bahwa sebentar lagi cowok itu akan menghadiahi Zenitsu dengan pukulan beruntun.


"ASTAGA, SOBAT IBLISKU! UDAH GUE DUGA KALIAN DISINI!"


Inosuke datang. Cowok berusurai hitam kebiruan itu langsung menarik Tanjirou untuk menjauh dari Zenitsu. Tak sampai di situ, Insouke juga lah yang menahan Tanjirou begitu cowok itu hendak menerjang temannya lagi.

"Calm, Tanjirou Kamado. Tenang," ucap Inosuke pelan. "Jangan main hakim sendiri." 

Dengan nafas memburu, Tanjirou dan Insouke saling beradu tatap. 

"Kalo main hakim rame-rame, gue ikut."

Pandangan Tanjirou melunak sejenak. Sedetik kemudian cowok itu langsung mengangguk setuju.

Begitu lah percakapan absrud keduanya sebelum akhirnya Inosuke dan Tanjirou memukuli Zenitsu bersama-sama.

"ASTAGA MAMAH! KAPAN INI BERAKHIR???????"




***

Tetesan air dari es batu yang perlahan meleleh itu membasahi lantai tanah dari warung Bu Piyem. Zenitsu mengaduh ringan sambil nempelin es batu di pipinya yang bengkak ke unguan. Di sebelahnya ada Inosuke yang lagi ngopi-ngopi cantik sambil mabar. Di sela-sela tangannya masih ada setengah batang rokok.

"Perlu di bawa ke UGD gak?" tanya Insouke.

Zenitsu mentap sengak ke Inosuke, terus ngedecih. "Gak. Makasih."

"Hm. Oke." 

Inosuke lanjut mabar, entah sama siapa. Zenitsu cuma bisa ngumpat. Kesel banget tahu, harus duduk sebelahan sama si brengsek yang habis mukulin lo.  Apalagi temen deket sendiri. Ini alasan kenapa Zenitsu selalu bertanya-tanya kenapa dia bisa temenan sama dua setan biadab kek Tanjirou sama Inosuke.

"Cara lo nemuin gue gimana?" tanya Zenitsu akhirnya.

"Ada bantuan google translate. Eh, google maps deng."

"Serius, brengsek. Gak mungkin lo masang penyadap di HP gue,"

Inosuke ngakak kecil, terus nyeruput kopinya sebelum lanjut mabar. "Insting Alpha, bodoh." kata cowok itu ringan. "Lo bilang gitu kayak kita kenal dari Facebook aja tau, nggak? Dari kerusuhan yang ada, gue udah ngira Tanjirou pasti bakal marah ke elo gini."

Zenitsu gak nyahut. Dia masih nempelin es batu di pipinya yang serasa berdenyut. Kupingnya panas dengrin bacotan Inosuke. Apalagi inget cowok itu semangat banget mukulin Zenitsu tadi. 

Emang sih, Inosuke gak mukul beneran. Cuma pake setengah tenaga. Tapi berhubung tenaga asli Inosuke itu tenaga atlet, makanya rasanya kayak digebukin 2 Tanjirou yang serius dalam waktu yang sama.

"Mending lo turutin aja Tanjiro, Jen. Gue kalo jadi kakaknya juga bakal jauhin cowok begajulan kayak lo dari calon Puteri Sekolah."

"Hah? Apa lo bilang?" Zenitsu langsung noleh, dahinya mengkerut. "Puteri Sekolah?"

"Iya, Puteri Sekolah." angguk Inosuke sambil menoleh. "Nezuko dicalonin sama wali kelasnya jadi Puteri Sekolah."



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Zentisu ketika inget temennya gada ahlak:

Zentisu ketika inget temennya gada ahlak:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bucin | Zenezu✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang