By Ayaasovia
***
"Sori San, gue telat," ucap perempuan yang menggunakan dress merah dibawah lutut dengan penuh sesal. Matanya menatap Sandra tak enak.
"Gak papa, Fan. Gue juga belum lama kok." Sandra tersenyum maklum. "Nih gue tadi udah pesanin minuman favorit lo."
"Thank's, San." Fany lantas meminum jus alpukat itu. Baru meminum satu tegukan perut Fany bergejolak, sontak perempuan itu pamit ke tolilet sebentar pada Sandra.
Sandra menatap Fany heran. Tingkah Fany tadi mengingatkannya saat mengandung Safa. Baru minum sedikit perut langsung mual, padahal yang diminum minuman favorit. Berbagai pertanyaan mulai ada di benak Sandra, kalau tebakannya benar Alvin adalah tersangka yang harus segera tanggung jawab.
"Fan kita pulang aja yuk, muka lo pucet tuh." Fany yang baru duduk menggeleng.
"Gue.. mau jujur sama lo, San."
"Tentang lo sama Alvin?"
"Bukan." Fany kembali menggelengkan kepalanya, "ini tentang gue sama Stefan."
"Lo sama suami gue kenapa dah?" Bingung Sandra yang lantas menatap Fany penuh tanya.
"Kita... udah menikah 6 bulan yang lalu." Fany mengatakannya dengan gugup.
Sandra diam. Matanya yang tadi menatap Fany penuh tanya kini berubah tajam. Kenapa Stefan bukan Alvin? Ya Allah. Cobaan apa kali ini.
"Gue tahu lo nggak bercanda, Fan." Sandra menatap Fany kecewa. "Bukannya lo sama Alvin udah tunangan? Kenapa Stefan ayah bayi, lo? Tega banget nggak mikirin ada gue disini."
"Gue minta maaf San, mungkin ini menyakitkan buat lo, tapi ini kenyataannya sekarang. Gue juga istri Stefan." Fany menatap Sandra lekat, dia harus jujur. "Gue sama Alvin udah nggak ada hubungan apa-apa sekarang. Dia pindah ke Kanada dan mulai hidup baru sama cinta pertamanya."
"Terus lo mulai hidup baru sama suami gue, gitu?" Sandra menatap Fany nyalang. "Gue salah udah luangin waktu berharga gue buat ngobrol sama penghianat. Kasian Safa sama Faro di rumah. Gue pulang." Tanpa menunggu respon Fany, Sandra bergegas pergi dari kafe. Hatinya sakit mengetahui fakta menyakitkan tadi. Ya Allah apa salah aku sampai Stefan tega membagi pelabuhan dengan perempuan lain? Batin Sandra bertanya pilu. Air mata yang sedari tadi ditahan tumpah sudah. Selama perjalanan menuju rumah Sandra menangis.
•••
Meski kecewa dengan kenyataan yang baru terungkap Sandra tetap menunggu Stefan pulang dari kantor. Lelah mengurus Safa dan Faro tidak Sandra hiraukan dan tetap berusaha terjaga sampai sang suami pulang.
Jam berlalu cepat sampai jarum pendek sudah berada tepat pada pukul satu malam, Sandra menghela napas. Malam ini dia harus menelan kekecewaan lagi, Stefan tidak pulang pun tidak juga mengabari dirinya. Jika Sandra ingat-ingat lagi ini bukan yang pertama kalinya, hanya saja Sandra tidak terlalu memikirkan dan tetap percaya bahwa Sfefan pasti sibuk dengan dokumen kantor yang menyita waktu. Setelah tahu faktanya Sandra sudah tidak bisa berpikiran positif, jika tidak di kantor pasti sedang bersama Fany. Oh Allah, sakit rasanya mengetahui fakta ini. Tanpa sadar air matanya kembali menetes. Dadanya sesak karena terlalu banyak menangis.
Sandra baru bertemu Stefan siang hari saat sedang menyuapi makan Safa. Suaminya itu tampak lelah, kantung matanya membesar dan berwarna gelap seperti binatang kesukaan Faro, Panda.
"Mas mau mandi atau makan dulu?" tanya Sandra penuh perhatian. Saat seperti ini Sandra tidak bisa menuntut penjelasan. Kasian Stefan yang tampak lelah juga banyak pikiran.

KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR
NouvellesIni adalah kumpulan cerpen tentang sebuah pernikahan yang berujung pada pengkhiantan. Salah satu project terbaru dari member Writing in The Sky. Pokoknya kalian harus baca, cerita ini bercerita tentang konflik keluarga, pengkhiantan, air mata, dan j...